DARI ayahnya Hisyahm bin Urwah pernah bertanya kepada Aisyah, apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat dirumah? Ia menjawab, "Beliau memperbaiki sandalnya, manambal pakaiannya dan menjahitnya, serta mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh laki-laki di rumahnya. (HR Ahmad).
Kemudian, seorang sahabat bernama Urwah menanyakan juga, apa yang dikerjakan Rasulullah SAW di rumahnya? Ia menjawab, "Beliau seperti manusia biasa, mencuci pakaiannya, dan memerah susu kambingnya." (HR Imam Ahmad). Selain itu, Rasulullah SAW merupakan tokoh teladan bagi Kita dalam menyayangi anak.
Seorang sahabat Nabi bernama Ya'la bin Murrah mengatakan, kami keluar bersama Nabi untuk menghadiri undangan pesta dan saat itu, Hasan dan Husein sedang bermain di jalan. Nabi segera menghampiri mereka di depan orang-orang. Sekali-kali ia membawa mereka ke sana dan ke sini sambil mengajak keduanya tertawa.
Beliau memegang dagu Husein dengan sebelah tangannya dan sebelahnya memegang kepalanya. Kemudian, memeluk dan menciumnya. Beliau juga berkata, "Husein berasal dari aku dan aku termasuk darinya. Allah mencintai orang yang dicintai Husein. Husein adalah cucu di antara cucu-cucuku." (HR Ibnu Majah).
Ada beberapa hikmah dari hadis di atas. Pertama, memberikan contoh kepada orang yang berumah tangga bahwa pekerjaan rumah sebaiknya dikerjakan bersama. Saat istri sibuk mengurus anak dan tidak sempat mencuci piring. Suami menggantikan istri untuk memasak. Kalau halaman sedang kotor, suami tidak perlu menunggu istrinya yang sedang sibuk memandikan anak.
Kedua, suami istri sebaiknya memperhatikan meja makan saat di rumah. Sering makan bersama di rumah. Bersama dengan anak-anaknya. Ajarkan kepada anak-anak agar betah di rumah. Mengajarkan mereka pekerjaan rumah. Ubah persepsi bahwa kegiatan di rumah menyenangkan.
Semua pekerjaan rumah, baik mencuci, menyetrika, mengepel, maupun menyapu halaman termasuk pendidikan bagi anak-anak. Orang yang mengerjakan ini telah mendidik anak-anaknya untuk mencintai rumah. Kedua, menyadarkan kepada yang berumah tangga bahwa kegagalan mendidik anak bermula karena gagal mengatur aktivitas di rumah.
Orang tua dapat mengendalikan perilaku anak dari rumah. Mulai dari perilaku kebersihan hingga perilaku sosial. Perilaku bersih dapat dibentuk kalau orang tua senantiasa mau mengerjakan pekerjaan bersih-bersih rumah. Perilaku sosial dapat tumbuh jika makan dan minum selalu di meja makan.
Usahakan makan dan minum sebelum berangkat kerja dan anak belum berangkat sekolah. Kalau siang hari, semua sedang sibuk. Orang tuanya sibuk kerja dan anak sekolah. Ketiga, menghindari kekerasan rumah tangga. Kekerasan rumah tangga bermula dari hal kecil.
Terakhir, semua aktivitas di rumah bernilai ibadah. Mencium istri dan anak termasuk ibadah. Menjaga kebersihan rumah termasuk ibadah. Jadi berhasil mengerjakan aktivitas rumah jaminan kehidupan dunia dan akhirat. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/02/22/olpygc313-pendidikan-keluarga
Senin, 27 Februari 2017
Siswa MA 45 Gianyar Siap Menghadapi USBN
LATIHAN - Sejumlah siswa/i MA 45 Gianyar menggelar latihan untuk menghadapi USBN. |
MADRASAH Aliyah 45 Ginyar, Bali terus menggelar latihan mengerjakan soal bagi siswanya secara intensif untuk menghadapi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
"Persipan untuk pelaksanaan USBN sudah dilakukan," kata tenaga pengajar MA 45 Gianyar, Faris Amin di Jalan Astina Timur, Gianyar. Tak hanya dari segi teknis, persiapan pun dilakukan sejumlah guru untuk memberi pemahaman dan materi tambahan pada siswa/i kelas XII.
Tahun ini, pemerintah sudah menyiapkan model pengganti Ujian Nasional (UN), yakni Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Ada dua terobosan yang membedakan secara siginifikan antara UN dan USBN.
ntuk jenjang SMA/SMK, dan pemerintah kota/kabupaten untuk jenjang SMP.
Namun, pemerintah pusat akan menyisipkan beberapa pertanyaan, baik berupa pilihan ganda atau essai yang berfungsi sebagai indikator standar nasional. Selama ini, materi soal UN hanya berupa pilihan ganda dan dibuat sepenuhnya oleh pemerintah pusat.
"Soal esai ini untuk menggali kemampuan siswa agar berlatih berpikir kritis. Selama ini kan dalam UN tidak ada. Soal sisipan dari pemerintah pusat itu, tak akan berbeda-beda di setiap daerah. Wong namanya standar nasional, masa dibeda-beda," ujar Muhadjir usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, belum lama ini seperti dikutip dari lama "PR". (*)
Sabtu, 11 Februari 2017
Di Tangan Khalifah, Baghdad Jadi Kota Megah dan Beradab
SEJARAH Kota Baghdad memang mengagumkan. Kota ini dihuni oleh umat manusia sejak 4000 SM. Dahulu, kota tersebut menjadi bagian dari Babylonia kuno. Dan, sejak tahun 600 hingga 500 SM, secara bergantian dikuasai oleh Persia, Yunani, dan Romawi. Kata "Baghdad" itu sendiri berarti "taman keadilan".
Konon, ada taman tempat istirahat Kisra Anusyirwan. Kini, taman itu sudah lenyap, tapi namanya masih abadi. Pentingnya Kota Baghdad menarik perhatian khalifah kedua, Umar bin Khatthab RA. Maka, diutuslah seorang sahabat bernama Sa'ad bin Abi Waqqas untuk menaklukkan kota itu.
Singkat cerita, penduduk setempat menerima agama Islam dengan sangat baik hingga agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini dipeluk oleh mayoritas masyarakat Baghdad.
Dinasti Abbasiyah-lah yang kemudian membangun Kota Baghdad menjadi salah satu kota metropolitan di era keemasan Islam.
Pembangunannya diprakarsai oleh Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur (754-755 M), yang memindahkan pusat pemerintahan Islam dari Damaskus ke Baghdad. Khalifah kedua dari Dinasti Abbasiyah itu, pada 762 M, menyulap kota kecil Baghdad menjadi sebuah kota baru yang megah.
Pemilihan Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah didasarkan pada berbagai pertimbangan, seperti politik, keamanan, sosial, serta geografis. Damaskus, Kufah, dan Basrah yang lebih dulu berkembang tak dijadikan pilihan lantaran di kota-kota itu masih banyak berkeliaran lawan politik Dinasti Abbasiyah, yakni Dinasti Umayyah yang baru dikalahkan.
Sebelum membangun Kota Baghdad, Al-Mansur mengutus banyak ahli untuk tinggal beberapa lama di kota itu. Mereka diperintahkan untuk meneliti keadaan tanah, cuaca, dan kondisi geografisnya. Hasilnya, mereka menyimpulkan bahwa Baghdad yang terletak di tepian Sungai Tigris sangat strategis dijadikan pusat pemerintahan Islam. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/02/09/ol3nrt313-alasan-baghdad-jadi-pusat-pemerintahan-abbasiyah
Rasul Tegur Fatimah Lantaran Ingin Memanjakan Diri
Waspada, Terjebak dalam ‘Kenikmatan Duniawi’
SUATU ketika, Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW, merasakan lelahnya mengurus rumah tangga. Setiap hari ia harus menyiapkan makanan dan segala keperluan dan kebutuhan rumah tangga untuk suami dan anak-anaknya.
Mulai dari mencuci pakaian, membuat tepung dan roti, hingga membersihkan rumah sehingga badannya tampak lebih kurus dari biasanya. Untuk meringankan beban, Fatimah bermaksud mencari seorang pembantu yang mau bekerja di rumahnya.
Fatimah mendengar berita bahwa Rasulullah mempunyai beberapa orang tawanan perang. Dia dan suaminya Ali bin Abi Thalib RA menemui Rasul dengan maksud meminta salah seorang dari mereka untuk menjadi pelayannya.
Rasul menolak permintaannya dan kepada keduanya beliau menyatakan, “Bagaimana aku akan memberimu seorang pelayan, sementara Ahlus suffah (para sufi yang tinggal di masjid Nabawi) sedang kelaparan dan aku belum tahu makanan apa yang harus aku hidangkan buat mereka. Namun demikian, aku tunjukkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik dari memiliki pelayan. Engkau menyebut subhanallah 33 kali, alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali selepas shalat itu jauh lebih baik daripada engkau memiliki seorang pelayan.” Sejak mendengar nasihat Rasul tersebut, Ali bin Abi Thalib tidak pernah meninggalkan zikir dan wirid tersebut.
Kisah tersebut mengingatkan kita pada tiga hal. Pertama, larangan memanjakan diri secara berlebihan. Sebaliknya, setiap orang harus mampu mengurus diri sendiri dan rumah tangganya. Rasul SAW tidak ingin putrinya itu bergantung kepada orang lain, selagi mampu melayani diri sendiri.
Pendidikan kemandirian ini sekaligus menanamkan sifat dedikatif untuk mau melayani orang lain dan tidak selalu min ta dilayani. Pendidikan kemandirian ini sekaligus meneguhkan pentingnya model kepemimpinan dedikatif. “Sayyidul qaumi khadimuhum”(sebaik-baik pemimpin adalah yang mau melayani rakyatnya).
Kedua, spiritualisasi orientasi hidup jauh lebih penting da ripada terjebak dalam ‘kenikmatan duniawi’ sesaat yang menipu dan menyesatkan. Bagi seorang putri Rasul, membiasakan zikir dan wirid selepas shalat itu jauh lebih baik daripa da memiliki seorang pelayan. Tidakkah pada era sekarang banyak orang tua salah orientasi dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka dengan menyerahkan pengasuhannya kepada pembantu? Berzikir kepada Allah setelah shalat merupakan bentuk pelayanan diri sendiri yang terbaik karena dapat membebaskan diri dari segala bentuk keluh kesah dan masalah.
Ketiga, menentukan skala prioritas. Rasul tahu persis apa yang menjadi kebutuhan putrinya maupun umatnya. Rasul menolak permintaan putrinya karena di Masjid Nabawi masih banyak hamba-hamba Allah yang kelaparan. Mereka lebih membutuhkan uluran tangan.
Kebijakan Rasul ini mempertegas komitmen seorang pemimpin untuk memahami realitas yang dihadapi rakyatnya dan bukan mengutamakan pribadinya. Pemimpin yang memiliki sense of crisis, kepedulian sosial, dan tidak mengedepankan pencitraan inilah yang harus diteladankan pada umatnya. Wallahu a’lam. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/02/07/okypz9313-menjadi-pelayan-sejati
SUATU ketika, Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW, merasakan lelahnya mengurus rumah tangga. Setiap hari ia harus menyiapkan makanan dan segala keperluan dan kebutuhan rumah tangga untuk suami dan anak-anaknya.
Mulai dari mencuci pakaian, membuat tepung dan roti, hingga membersihkan rumah sehingga badannya tampak lebih kurus dari biasanya. Untuk meringankan beban, Fatimah bermaksud mencari seorang pembantu yang mau bekerja di rumahnya.
Fatimah mendengar berita bahwa Rasulullah mempunyai beberapa orang tawanan perang. Dia dan suaminya Ali bin Abi Thalib RA menemui Rasul dengan maksud meminta salah seorang dari mereka untuk menjadi pelayannya.
Rasul menolak permintaannya dan kepada keduanya beliau menyatakan, “Bagaimana aku akan memberimu seorang pelayan, sementara Ahlus suffah (para sufi yang tinggal di masjid Nabawi) sedang kelaparan dan aku belum tahu makanan apa yang harus aku hidangkan buat mereka. Namun demikian, aku tunjukkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik dari memiliki pelayan. Engkau menyebut subhanallah 33 kali, alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali selepas shalat itu jauh lebih baik daripada engkau memiliki seorang pelayan.” Sejak mendengar nasihat Rasul tersebut, Ali bin Abi Thalib tidak pernah meninggalkan zikir dan wirid tersebut.
Kisah tersebut mengingatkan kita pada tiga hal. Pertama, larangan memanjakan diri secara berlebihan. Sebaliknya, setiap orang harus mampu mengurus diri sendiri dan rumah tangganya. Rasul SAW tidak ingin putrinya itu bergantung kepada orang lain, selagi mampu melayani diri sendiri.
Pendidikan kemandirian ini sekaligus menanamkan sifat dedikatif untuk mau melayani orang lain dan tidak selalu min ta dilayani. Pendidikan kemandirian ini sekaligus meneguhkan pentingnya model kepemimpinan dedikatif. “Sayyidul qaumi khadimuhum”(sebaik-baik pemimpin adalah yang mau melayani rakyatnya).
Kedua, spiritualisasi orientasi hidup jauh lebih penting da ripada terjebak dalam ‘kenikmatan duniawi’ sesaat yang menipu dan menyesatkan. Bagi seorang putri Rasul, membiasakan zikir dan wirid selepas shalat itu jauh lebih baik daripa da memiliki seorang pelayan. Tidakkah pada era sekarang banyak orang tua salah orientasi dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka dengan menyerahkan pengasuhannya kepada pembantu? Berzikir kepada Allah setelah shalat merupakan bentuk pelayanan diri sendiri yang terbaik karena dapat membebaskan diri dari segala bentuk keluh kesah dan masalah.
Ketiga, menentukan skala prioritas. Rasul tahu persis apa yang menjadi kebutuhan putrinya maupun umatnya. Rasul menolak permintaan putrinya karena di Masjid Nabawi masih banyak hamba-hamba Allah yang kelaparan. Mereka lebih membutuhkan uluran tangan.
Kebijakan Rasul ini mempertegas komitmen seorang pemimpin untuk memahami realitas yang dihadapi rakyatnya dan bukan mengutamakan pribadinya. Pemimpin yang memiliki sense of crisis, kepedulian sosial, dan tidak mengedepankan pencitraan inilah yang harus diteladankan pada umatnya. Wallahu a’lam. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/02/07/okypz9313-menjadi-pelayan-sejati
Kamis, 02 Februari 2017
Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam
ISLAM sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, maka kebudayaan yang ditimbulkan dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab sudah memiliki peradaban tersendiri. Berikut ini adalah penjelasan tentang agama dan peradaban bangsa Arab sebelum Islam.
Sistem peribadatan bangsa Quraisy sebelum Islam
Pada permulaanya bangsa Arab Quraisy telah mengikuti dan meyakini ajaran agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu agama Hanifiyah, ”hanif”artinya yang benar dan lurus. Karena itu sejak dulu, ajaran tauhid sudah mengakar di hati. Pada masa jahiliyah orang Arab Quraisy banyak yang menyembah berhala atau patung-patung yang mereka buat sendiri dari batu, kayu dan ada juga yang dari logam. Menurut Ibnu Kalbi yang menyebabkan bangsa Arab menyembah berhala dan batu, ialah barang siapa yang meninggalkan kota Mekah harus membawa batu yang diambil dari batu-batu yang ada di tanah Haram Ka’bah. Hal itu mereka lakukan dengan maksud untuk menghormati tanah Haram dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Mekah. Kemudian di setiap tempat persinggahan, mereka meletakan batu itu dan bertawaf mengelilinginya seperti mengelilingi Ka’bah. Proses ini berlangsung terus menerus dan akhirnya mereka menyembah apa yang mereka sukai dan yakini Bangsa Arab mulai menyembah berhala ketika Ka’bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Luay al Khuzai dari keturunan Khuza’ah datang ke Mekah dan berhasil mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Luay al Khuzai meletakkan sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik berwarna merah berbentuk patung manusia, yang ditempatkan di sisi Ka’bah. Kemudian ia menyeru kepada penduduk Hijaz supaya menyembah berhala itu. Disamping itu banyak lagi berhala-berhala yang lain seperti al-Latta tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) al-Latta ini adalah berhala yang paling tua. Al-’Uzza tempatnya di Hejaz kedudukannya sesudah Hubal, Manath, tempatnya di dekat kota Madinah Manah ini dimuliakan oleh penduduk YatsribBeberapa bentuk pemujaan yang dianut oleh bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam:
1. Menyembah Malaikat, diantara bangsa Arab ada yang menyembah berhala dan menuhankan Malaikat. Di kota Mekah ada sebagian bangsa Arab yang menganggap bahwa Malaikat itu adalah putera-puteri Tuhan.
2. Menyembah jin, ruh dan hantu sebagian bangsa Arab yang menyembah hantu, jin dan ruh-ruh leluhur mereka atau menganggap batu-batu sebagai makluk yang terhormat. Bahkan disuatu tempat jin yang terkenal dengan nama ”Darahim” mereka selalu mengorbankan binatang-binantang di tempat itu agar selamat dan terhindar dari segala bencana.
3. Menyembah bintang-bintang, yang dimaksud bintang-bintang adalah matahari, bulan dan bintang-bintang yang gemerlap cahayanya pada malam hari, mereka menganggap bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam ini.
4. Menyembah berhala, sebagian bangsa Arab menyembah berhala atau arca-arca yang terbuat dari batu, kayu dan logam yang bereka buat sendiri dan dengan selera mereka sendiri uantuk kemudian mereka sembah.
5. Agama Yahudi dan Nasrani (Kristen), agam Yahudi mulai masuk ke jazirah Arab tahun 1491 SM, mula - mula di Mesir pada zaman Nabi Musa as. Sedangkan agama Nasrani (Kristen) masuk ke jazirah Arab kira-kira abad ke-4 M, agama Nasrani berkembang di jazirah Arab karena mendapat bantuan dari kerajaan Romawi dan Habsyi.
Sebelum Islam, orang-orang Arab Quraisy juga banyak percaya pada takhayul, antara lain:
1. Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul karena ular menggigit usus manusia.
2. Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan keyakinan untuk menambah kekuatan.
3. Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan rumput kering pada ekor kambing.
Keadaan Sosial masyarakat Quraisy sebelum Islam
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh kondisi dan letak geografisnya. Bagian tengah jazirah Arab terdiri dari tanah pegunungan yang tandus. Oleh sebab itu banyak penduduk yang hidupnya tidak menetap, mereka tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat Badui, yang mata pencahariannya beternak. Mereka berpindah pindah dari satu lembah ke lembah yang lain mencari rumput untuk hewan ternaknya. Bidang pertanian dikerjakan oleh suku-suku yang bertempat tinggal di daerah-daerah subur, terutama mereka yang mendiami daerah subur di sekitar Oase seperti Thaif di tempat ini mereka menanam buah-buahan dan sayur sayuran.
Masyarakat Arab yang tinggal diperkotaan biasanya mereka berdagang. Mereka dinamakan Ahlul Hadhar, kehidupan sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh karena itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal dalam dunia perdagangan. Mereka melakukan perjalanan dagang pada dua musim dalam setahun, yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin.
Di kota Makkah terdapat pusat perdagangan, yaitu pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan tertentu, seperti Zulqo’dah, Zulhijjah dan Muharram. Dalam bidang sosial politik, masyarakat Arab pada masa jahiliyah tidak memiliki sistem pemerintahan yang mapan dan teratur. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir, yang mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian harta dalam pertempuran tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Di samping itu, bangsa Arab sebelum Islam juga telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab pada waktu itu. Di antara ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan adalah astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka ini pindah ke negeri Arab pada waktu Negara mereka diserang oleh bangsa Persia. Dari mereka inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu astronomi.
Tata sosial bangsa Arab sebelum Islam terkenal pemberani di dalam membela pendiriannya mereka tidak mau mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaannya, tidak mau mengalah, namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati dan memuliakan tamu.
Moral dan perilaku sangat rusak sehingga mereka disebut kaum jahiliyah ”yang bodoh”, berjudi minum-minuman keras dilakukan secara bersama-sama, bahkan tak jarang mereka merampok sehingga sering menimbulkan peperangan antar suku. Yang lebih buruk lagi moralnya adalah adanya suku Arab yang mengubur bayi perempuan mereka secara hidup-hidup, mereka beranggapan bahwa anak perempuan itu tidak berguna dan hanya menysahkan orang tua. Oleh karena itu mereka merasa terhina apabila mempunyai anak perempuan. Diantara suku yang melakukan perbuatan keji dan tak berperikemanusiaan itu adalah suku bani Tamim dan suku bani Asad.
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang-orang Arab pada masa pra Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar ‘Ukaz diadakan deklamasi sajak yang sangat luas. Selain ‘Ukaz masih ada pasar yang dijadikan tempat berkumpulnya para penyair yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz. Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat seorang yang tadinya hina atau sebaliknya menhinakan seseorang yang tadinya terhormat.
Satu-satunya alat publisistik yang amat luas lapangannya yaitu Khithabah. Disamping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah juga sangat fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Para ahli pidato pada saat itu mereka mendapat derajat tinggi seperti para penyair.
Salah satu kelaziman dalam masyarakat Arab Jahiliyah adalah mengadakan majelis atau nadwah sebagai sarana untuk mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar menukar berita dan lain sebagainya. Seperti: Nadi Quraisy dan Darun Nadwah yang berdiri di samping Ka’bah sebagian dari nadwah mereka.
Begitulah seorang ahli sejarah Islam, Ahmad Amin memberi definisi tentang kata-kata Arab Jahiliyah yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun telah diketahui bahwa itu benar. Jadi jahiliyah bukanlah Jahl yang berarti bodoh. (*)
Sistem peribadatan bangsa Quraisy sebelum Islam
Pada permulaanya bangsa Arab Quraisy telah mengikuti dan meyakini ajaran agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu agama Hanifiyah, ”hanif”artinya yang benar dan lurus. Karena itu sejak dulu, ajaran tauhid sudah mengakar di hati. Pada masa jahiliyah orang Arab Quraisy banyak yang menyembah berhala atau patung-patung yang mereka buat sendiri dari batu, kayu dan ada juga yang dari logam. Menurut Ibnu Kalbi yang menyebabkan bangsa Arab menyembah berhala dan batu, ialah barang siapa yang meninggalkan kota Mekah harus membawa batu yang diambil dari batu-batu yang ada di tanah Haram Ka’bah. Hal itu mereka lakukan dengan maksud untuk menghormati tanah Haram dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Mekah. Kemudian di setiap tempat persinggahan, mereka meletakan batu itu dan bertawaf mengelilinginya seperti mengelilingi Ka’bah. Proses ini berlangsung terus menerus dan akhirnya mereka menyembah apa yang mereka sukai dan yakini Bangsa Arab mulai menyembah berhala ketika Ka’bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Luay al Khuzai dari keturunan Khuza’ah datang ke Mekah dan berhasil mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Luay al Khuzai meletakkan sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik berwarna merah berbentuk patung manusia, yang ditempatkan di sisi Ka’bah. Kemudian ia menyeru kepada penduduk Hijaz supaya menyembah berhala itu. Disamping itu banyak lagi berhala-berhala yang lain seperti al-Latta tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) al-Latta ini adalah berhala yang paling tua. Al-’Uzza tempatnya di Hejaz kedudukannya sesudah Hubal, Manath, tempatnya di dekat kota Madinah Manah ini dimuliakan oleh penduduk YatsribBeberapa bentuk pemujaan yang dianut oleh bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam:
1. Menyembah Malaikat, diantara bangsa Arab ada yang menyembah berhala dan menuhankan Malaikat. Di kota Mekah ada sebagian bangsa Arab yang menganggap bahwa Malaikat itu adalah putera-puteri Tuhan.
2. Menyembah jin, ruh dan hantu sebagian bangsa Arab yang menyembah hantu, jin dan ruh-ruh leluhur mereka atau menganggap batu-batu sebagai makluk yang terhormat. Bahkan disuatu tempat jin yang terkenal dengan nama ”Darahim” mereka selalu mengorbankan binatang-binantang di tempat itu agar selamat dan terhindar dari segala bencana.
3. Menyembah bintang-bintang, yang dimaksud bintang-bintang adalah matahari, bulan dan bintang-bintang yang gemerlap cahayanya pada malam hari, mereka menganggap bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam ini.
4. Menyembah berhala, sebagian bangsa Arab menyembah berhala atau arca-arca yang terbuat dari batu, kayu dan logam yang bereka buat sendiri dan dengan selera mereka sendiri uantuk kemudian mereka sembah.
5. Agama Yahudi dan Nasrani (Kristen), agam Yahudi mulai masuk ke jazirah Arab tahun 1491 SM, mula - mula di Mesir pada zaman Nabi Musa as. Sedangkan agama Nasrani (Kristen) masuk ke jazirah Arab kira-kira abad ke-4 M, agama Nasrani berkembang di jazirah Arab karena mendapat bantuan dari kerajaan Romawi dan Habsyi.
Sebelum Islam, orang-orang Arab Quraisy juga banyak percaya pada takhayul, antara lain:
1. Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul karena ular menggigit usus manusia.
2. Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan keyakinan untuk menambah kekuatan.
3. Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan rumput kering pada ekor kambing.
Keadaan Sosial masyarakat Quraisy sebelum Islam
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh kondisi dan letak geografisnya. Bagian tengah jazirah Arab terdiri dari tanah pegunungan yang tandus. Oleh sebab itu banyak penduduk yang hidupnya tidak menetap, mereka tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat Badui, yang mata pencahariannya beternak. Mereka berpindah pindah dari satu lembah ke lembah yang lain mencari rumput untuk hewan ternaknya. Bidang pertanian dikerjakan oleh suku-suku yang bertempat tinggal di daerah-daerah subur, terutama mereka yang mendiami daerah subur di sekitar Oase seperti Thaif di tempat ini mereka menanam buah-buahan dan sayur sayuran.
Masyarakat Arab yang tinggal diperkotaan biasanya mereka berdagang. Mereka dinamakan Ahlul Hadhar, kehidupan sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh karena itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal dalam dunia perdagangan. Mereka melakukan perjalanan dagang pada dua musim dalam setahun, yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin.
Di kota Makkah terdapat pusat perdagangan, yaitu pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan tertentu, seperti Zulqo’dah, Zulhijjah dan Muharram. Dalam bidang sosial politik, masyarakat Arab pada masa jahiliyah tidak memiliki sistem pemerintahan yang mapan dan teratur. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir, yang mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian harta dalam pertempuran tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Di samping itu, bangsa Arab sebelum Islam juga telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab pada waktu itu. Di antara ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan adalah astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka ini pindah ke negeri Arab pada waktu Negara mereka diserang oleh bangsa Persia. Dari mereka inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu astronomi.
Tata sosial bangsa Arab sebelum Islam terkenal pemberani di dalam membela pendiriannya mereka tidak mau mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaannya, tidak mau mengalah, namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati dan memuliakan tamu.
Moral dan perilaku sangat rusak sehingga mereka disebut kaum jahiliyah ”yang bodoh”, berjudi minum-minuman keras dilakukan secara bersama-sama, bahkan tak jarang mereka merampok sehingga sering menimbulkan peperangan antar suku. Yang lebih buruk lagi moralnya adalah adanya suku Arab yang mengubur bayi perempuan mereka secara hidup-hidup, mereka beranggapan bahwa anak perempuan itu tidak berguna dan hanya menysahkan orang tua. Oleh karena itu mereka merasa terhina apabila mempunyai anak perempuan. Diantara suku yang melakukan perbuatan keji dan tak berperikemanusiaan itu adalah suku bani Tamim dan suku bani Asad.
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang-orang Arab pada masa pra Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar ‘Ukaz diadakan deklamasi sajak yang sangat luas. Selain ‘Ukaz masih ada pasar yang dijadikan tempat berkumpulnya para penyair yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz. Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat seorang yang tadinya hina atau sebaliknya menhinakan seseorang yang tadinya terhormat.
Satu-satunya alat publisistik yang amat luas lapangannya yaitu Khithabah. Disamping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah juga sangat fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Para ahli pidato pada saat itu mereka mendapat derajat tinggi seperti para penyair.
Salah satu kelaziman dalam masyarakat Arab Jahiliyah adalah mengadakan majelis atau nadwah sebagai sarana untuk mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar menukar berita dan lain sebagainya. Seperti: Nadi Quraisy dan Darun Nadwah yang berdiri di samping Ka’bah sebagian dari nadwah mereka.
Begitulah seorang ahli sejarah Islam, Ahmad Amin memberi definisi tentang kata-kata Arab Jahiliyah yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun telah diketahui bahwa itu benar. Jadi jahiliyah bukanlah Jahl yang berarti bodoh. (*)
Bahaya Debat Tanpa Ilmu, Lebih Baik Menghindar
Tiga Hal yang Merusak Agama: Ketergelinciran Orang-orang Alim, Debat Kusir Kaum Munafik terhadap Alquran, dan Pemimpin yang Menyesatkan
Oleh: Rahmat Pramulya
HIDUP pada era media sosial saat ini saling cerca dan caci karena berbeda pendapat, berbeda kepentingan, berbeda dukungan rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari. Adab berpendapat pun menjadi barang mahal saat ini.
Terhadap suatu peristiwa, para netizen tak jarang terjebak pada perdebatan sengit yang memicu lontaran umpatan dengan bahasa yang kotor dan jauh dari kesantunan. Berdebat sesungguhnya bukan hal terlarang. Bahkan, Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tidak menolak perdebatan.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling berdebat dengan cara yang baik. Perdebatan yang ditekankan Islam adalah yang didasarkan pada semangat ilmiah (debat yang didasari ilmu). Sebuah perdebatan yang didasari oleh semangat untuk menemukan kebenaran, bukan memperoleh kemenangan. Dalam debat ilmiah, nilai yang dipakai adalah benar salah, bukannya menang kalah.
Islam sangat melarang perdebatan kosong atau debat kusir, sebuah perdebatan yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan hikmah. Karena perdebatan-perdebatan kosong itu tidak menghasilkan makna apa-apa, bahkan cenderung menimbulkan permusuhan.
Umar bin Khattab RA memperingatkan, "Tiga hal yang merusak agama: pertama, ketergelinciran orang-orang alim; kedua, debat kusir kaum munafik terhadap Alquran; ketiga, pemimpin yang menyesatkan."
Di antara tradisi yang dilakukan oleh para salafus saleh adalah menjauhi debat yang tidak bermanfaat serta menjauhi perselisihan dalam urusan agama. Perdebatan para salafus saleh rata-rata disemangati ruh ilmiah. Perdebatan Ibnu Rusyd dan Imam Ghazali, misalnya, melalui buku-bukunya yang berjudul Tahafutul Falasifah (karya Al Ghazali) dan Tahafut Tahafut (karya Ibnu Rusyd).
Imam Ghazali ataupun Ibnu Rusyd saling berdebat, tetapi orientasinya adalah menemukan kebenaran ilmiah, bukan debat kusir seperti kebanyakan para netizen pada abad ini. Di media sosial tak sedikit kita jumpai seseorang sering berkomentar nyinyir, tetapi tidak didasari ilmu. Adapun yang terjadi kemudian adalah saling tuduh dan fitnah.
Imam Ahmad berkata, "Berpeganglah kalian dengan atsar sahabat dan hadis, dan sibukkan diri kalian dengan hal-hal bermanfaat. Jauhilah berbantah-bantahan karena orang yang suka berdebat tak akan beruntung."
Ini sangat berbeda dengan generasi sekarang yang umumnya suka berdebat-debat kosong alias debat kusir, sibuk saling hujat dan bersilat lidah untuk saling menghina dan mencela. Para salafus saleh melarang manusia dari debat sia-sia.
Debat kusir hanya menghabiskan energi dan waktu. Keengganan berdebat bukan karena tak pandai atau takut kepada manusia, melainkan lebih karena wujud rasa takut kepada Allah SWT. Debat kusir adalah sebuah kesia-siaan. Melakukan kesia-siaan apa pun bentuknya sama halnya dengan perbuatan zalim yang sangat dimurkai Allah SWT. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/02/01/okp7wa313-bahaya-debat-tanpa-ilmu
Oleh: Rahmat Pramulya
HIDUP pada era media sosial saat ini saling cerca dan caci karena berbeda pendapat, berbeda kepentingan, berbeda dukungan rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari. Adab berpendapat pun menjadi barang mahal saat ini.
Terhadap suatu peristiwa, para netizen tak jarang terjebak pada perdebatan sengit yang memicu lontaran umpatan dengan bahasa yang kotor dan jauh dari kesantunan. Berdebat sesungguhnya bukan hal terlarang. Bahkan, Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tidak menolak perdebatan.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling berdebat dengan cara yang baik. Perdebatan yang ditekankan Islam adalah yang didasarkan pada semangat ilmiah (debat yang didasari ilmu). Sebuah perdebatan yang didasari oleh semangat untuk menemukan kebenaran, bukan memperoleh kemenangan. Dalam debat ilmiah, nilai yang dipakai adalah benar salah, bukannya menang kalah.
Islam sangat melarang perdebatan kosong atau debat kusir, sebuah perdebatan yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan hikmah. Karena perdebatan-perdebatan kosong itu tidak menghasilkan makna apa-apa, bahkan cenderung menimbulkan permusuhan.
Umar bin Khattab RA memperingatkan, "Tiga hal yang merusak agama: pertama, ketergelinciran orang-orang alim; kedua, debat kusir kaum munafik terhadap Alquran; ketiga, pemimpin yang menyesatkan."
Di antara tradisi yang dilakukan oleh para salafus saleh adalah menjauhi debat yang tidak bermanfaat serta menjauhi perselisihan dalam urusan agama. Perdebatan para salafus saleh rata-rata disemangati ruh ilmiah. Perdebatan Ibnu Rusyd dan Imam Ghazali, misalnya, melalui buku-bukunya yang berjudul Tahafutul Falasifah (karya Al Ghazali) dan Tahafut Tahafut (karya Ibnu Rusyd).
Imam Ghazali ataupun Ibnu Rusyd saling berdebat, tetapi orientasinya adalah menemukan kebenaran ilmiah, bukan debat kusir seperti kebanyakan para netizen pada abad ini. Di media sosial tak sedikit kita jumpai seseorang sering berkomentar nyinyir, tetapi tidak didasari ilmu. Adapun yang terjadi kemudian adalah saling tuduh dan fitnah.
Imam Ahmad berkata, "Berpeganglah kalian dengan atsar sahabat dan hadis, dan sibukkan diri kalian dengan hal-hal bermanfaat. Jauhilah berbantah-bantahan karena orang yang suka berdebat tak akan beruntung."
Ini sangat berbeda dengan generasi sekarang yang umumnya suka berdebat-debat kosong alias debat kusir, sibuk saling hujat dan bersilat lidah untuk saling menghina dan mencela. Para salafus saleh melarang manusia dari debat sia-sia.
Debat kusir hanya menghabiskan energi dan waktu. Keengganan berdebat bukan karena tak pandai atau takut kepada manusia, melainkan lebih karena wujud rasa takut kepada Allah SWT. Debat kusir adalah sebuah kesia-siaan. Melakukan kesia-siaan apa pun bentuknya sama halnya dengan perbuatan zalim yang sangat dimurkai Allah SWT. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/02/01/okp7wa313-bahaya-debat-tanpa-ilmu
Kisah Pemberani Para Pejuang Dakwah Mengarungi Laut Tengah
Agama Islam Masuk ke Siprus sekitar 649 Masehi
ANAS bin Malik RA meriwayatkan dari bibinya, Ummu Haram binti Malhan, bahwa Rasulullah SAW pernah tidur siang di rumah bibinya. Kemudian, beliau terbangun dan seraya tersenyum kemudian bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku segolongan orang dari umatku menyeberangi lautan (Laut Tengah) layaknya para raja yang duduk di atas singgasana.”
Lalu, Ummu Haram berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah diriku agar aku termasuk di antara mereka.” Beliau menjawab, “Engkau termasuk di antara mereka.” Ubadah bin Shamit RA menikahi Ummu Haram. Kemudian, seperti tertulis dalam Atlas Haditskarya Dr Syauqi Abu Khalil, Rasulullah SAW mengirim mereka untuk menyeberangi laut.
Setelah Ubadah berhasil membawanya menyeberangi lautan, Ummu Haram menaiki binatang tunggangan. Namun, binatang itu justru menyerangnya sehingga Ummu Haram pun syahid di Siprus.
Memiliki nama lengkap Ummu Haram binti Mulhan bin Khalid bin Zaid bin Haram, ia adalah seorang sahabat wanita yang selalu ikut berangkat bersama pejuang Muslim dan sempat mengikuti beberapa kali pertempuran. Salah satunya ambil bagian dalam penaklukan Siprus bersama suaminya, Ubadah. Sebelumnya, Ummu Haram juga ikut dalam Perang Badar dan Uhud.
Tak hanya berlaga di Tanah Arab, Ummu Haram rupanya bercita-cita dapat menyertai para mujahidin yang menaiki kapal untuk menyebarkan dakwah Islam ke tanah seberang. Akhirnya, Allah mengabulkan citacitanya. Bersama sang suami, ia mengarungi Laut Tengah untuk berjihad ke Siprus.
Namun, di sanalah Ummu Haram syahid ketika terlempar dari hewan yang ditungganginya. Ia kemudian dikubur di sana. Ketika itu, pemimpin pasukan Muslim adalah Muawiyah bin Abu Sufyan pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 27 Hijriah.
Siprus merupakan nama sebuah pulau di Laut Tengah bagian timur. Pulau yang sekarang menjadi sebuah negara ini terkenal sejak zaman kuno karena kekayaan mineral, anggur, dan keindahan alamnya. Siprus terdiri atas pegunungan tinggi, lembah yang subur, dan pantai yang luas. Ini adalah pulau terbesar ketiga di Mediterania setelah Sisilia dan Sardinia.
Secara umum, luasnya tidak lebih besar dari Jakarta. Agama Islam masuk ke Siprus sekitar 649 Masehi, pada saat pemerintahan Islam di Madinah dipimpin oleh Khalifah Utsman bin Affan. Demi menyebarkan dakwah ke Siprus inilah, para mujahid Islam kerap mengarungi Laut Tengah, di antaranya, Ummu Haram dan suaminya. (*)
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/02/okr183313-laut-tengah-saksi-perjuangan-dakwah
ANAS bin Malik RA meriwayatkan dari bibinya, Ummu Haram binti Malhan, bahwa Rasulullah SAW pernah tidur siang di rumah bibinya. Kemudian, beliau terbangun dan seraya tersenyum kemudian bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku segolongan orang dari umatku menyeberangi lautan (Laut Tengah) layaknya para raja yang duduk di atas singgasana.”
Lalu, Ummu Haram berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah diriku agar aku termasuk di antara mereka.” Beliau menjawab, “Engkau termasuk di antara mereka.” Ubadah bin Shamit RA menikahi Ummu Haram. Kemudian, seperti tertulis dalam Atlas Haditskarya Dr Syauqi Abu Khalil, Rasulullah SAW mengirim mereka untuk menyeberangi laut.
Setelah Ubadah berhasil membawanya menyeberangi lautan, Ummu Haram menaiki binatang tunggangan. Namun, binatang itu justru menyerangnya sehingga Ummu Haram pun syahid di Siprus.
Memiliki nama lengkap Ummu Haram binti Mulhan bin Khalid bin Zaid bin Haram, ia adalah seorang sahabat wanita yang selalu ikut berangkat bersama pejuang Muslim dan sempat mengikuti beberapa kali pertempuran. Salah satunya ambil bagian dalam penaklukan Siprus bersama suaminya, Ubadah. Sebelumnya, Ummu Haram juga ikut dalam Perang Badar dan Uhud.
Tak hanya berlaga di Tanah Arab, Ummu Haram rupanya bercita-cita dapat menyertai para mujahidin yang menaiki kapal untuk menyebarkan dakwah Islam ke tanah seberang. Akhirnya, Allah mengabulkan citacitanya. Bersama sang suami, ia mengarungi Laut Tengah untuk berjihad ke Siprus.
Namun, di sanalah Ummu Haram syahid ketika terlempar dari hewan yang ditungganginya. Ia kemudian dikubur di sana. Ketika itu, pemimpin pasukan Muslim adalah Muawiyah bin Abu Sufyan pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 27 Hijriah.
Siprus merupakan nama sebuah pulau di Laut Tengah bagian timur. Pulau yang sekarang menjadi sebuah negara ini terkenal sejak zaman kuno karena kekayaan mineral, anggur, dan keindahan alamnya. Siprus terdiri atas pegunungan tinggi, lembah yang subur, dan pantai yang luas. Ini adalah pulau terbesar ketiga di Mediterania setelah Sisilia dan Sardinia.
Secara umum, luasnya tidak lebih besar dari Jakarta. Agama Islam masuk ke Siprus sekitar 649 Masehi, pada saat pemerintahan Islam di Madinah dipimpin oleh Khalifah Utsman bin Affan. Demi menyebarkan dakwah ke Siprus inilah, para mujahid Islam kerap mengarungi Laut Tengah, di antaranya, Ummu Haram dan suaminya. (*)
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/02/okr183313-laut-tengah-saksi-perjuangan-dakwah
Rabu, 01 Februari 2017
Ini Para Khalifah Abasiyah yang Wajib Dicontoh, Kebijakannya Membumi
“Keberanian khalifah Abu Ja’far al Mansur memindahkan dan membuka pusat kota Bagdad menjadi kota terbuka untuk semua peradaban masuk dan sikap amanah ,adil dan cnta ilmu dari khalifah Harun al Mansur dan al Muktasim membawa peradaban terutama ilmu pengetahuan Abasiyah menjadi pesat dan sempurnah”
PERKEMBANGAN peradaban mengalami puncak kejayaannya pada masa Abasiyah. Keadaan itu terjadi karena peran para Khalifah dan kebijakan yang mereka tetapkan. Khalifah yang membuat kebijakan dan menjadi khalifah pertama melaksanaan kebijaka tersebut adalah Khalifah Harun al Rasyid dan putranya al Makmun. Mereka berdua adalah pembuat kebjikan tentang kewajiban talabul ilmu dan mereka sangat cinta ilmu. Dari 37 khalifah Abasiyah yang memerintah terdapat beberapa khalifah yang terkenal diantaranya;
1.Abu Jakfar Al Mansur
Beliau di kenal sebagai khalifah yang cerdas dan tegas. Dialah yang menetapkan tujuh kebijakan khalifah yang menjadi pedoman pemerintahan bani Abasiyah. Tujuh kebijakan ini di analisa oleh para ahli sejarah bahwa, penyokong, pendorong dan mampuh memberi motivasi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bani Abasiyah. Pada masa pemerintahan Abu Ja’far kerajaan besar di selat Bosporus dapat di taklukan oleh pasukan Islam dan Ratu Irene sebgai penguasa wilayah itu takluk dan membayar upeti yang banyak pada Abu Ja’far al Mansur . Ratu Irene harus membayar mahal pada kekalahannya tersebut. Ratu harus menjual beberapa gereja hanya untuk mendapatkan emas ntuk bayar kepada khalifah Abu Ja’far
Ulama besar Ibnu Tabatiba tentag kehidupan al Mansur adalah,” al Mansur seoang raja yang agung, tegas dan bijaksana, alim, berfikir cerdas, pemeintahannya rafi, amat disegani oleh rakyat dan baik budi pekertnya, Ibnu Tabatabi mengutip kata-kata Yazid bin Umara bin Hubairah mengenai al Mansur: aku tidak pernah menjumpai seorang laki-laki dimasa perang atau damai yang siap siaga, lebih bijak dan sadar dari pada al Mansur”
2.Harun Al Rasyid
Lahir di kota kecil Raiyi pada tahun 145 H = 767 M. Ibunya seorang hamba yang juga ibundanya al Hadi, ayahandanya adalah al Mahdi khalifah ketiga Abasiyah yang memerintah selama 10 tahun. Harun adalah seorang halifah yang paling dihormati , alim dan sangat di muliakan sepanjang usia menjadi khalifah. Pada waktu melaksanakan ibadah haji, beliau bersembahyang seratus rakaat seiap hari dan pergi menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Semua perbuatannya terutama didalam bershadaqah sama dengan al Mansur, beliau sangat rahim dan pemurah behubungan dengan harta benda yang dimilikinya. Pemerintahan khalifah Harun al Rasyid adalah puncak keemasan bani Abasiyah. Kota Bagdad sebagai ibukota Negara telah mencapai puncak kejayaannya pada masa itu. Bukan khalifah saja yang mendapatkan limpahan harta kekyaan dari kejayaan itu, akan tetapi semua pembesar istanah sepeti pegawai-pegawai pemerintah, panglima-panglima tentara dan para pekerja istanah lainnya. Di dalam kota Bagdad di bangun taman-taman kota yang indah, saluran –saluran air yang jalan lancar.
Dizaman Harun al Rayid itu juga Baitul Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin. Khalifah Harun al Rasyid menjadikan program social tersebut di atas sebagai tugas dan tanggung jawab Baitu Mal. Salah satu pogram Harun al Rasyid yang membuat beliau terkenal adalah dengan mendirikannya, Baitul Hikmah yang merupakan sebuah instutisi kebdayaan dan fikiran cemerlang pada zaman itu. Lembga intitusi kebudayaan terbesar dan terlengkap ini menjadi rujuan para pelajar eropa yang belajar dari Islam, kemudian kembali ke eropa mereka kembangan menjadi lembaga-lembaga kajian yang menjadi perintis jalan menuju masa Renaisance dan Industialisasi di eropa abad ke 17.
3.Al Makmum
Khaliafah al Makmum berkuasa tahun 198H-218H, dia dilahirkan dari seorang ibu hamba sahaya bernama Marajil. Dia di lahirkan enam bulan lebih dahulu dari saudara sebapak al Amin. Sifat –sifat beliau yang sangat menonjol diantaranya pemaaf, beliau memaafkan peberontak Fadhli bin ar Rabi’yah yang telah menghasut komplotan penjahat menentang dirinya. Beliau juga memaafkan Ibrahim bin al Mahdi yang telah melantik dirinya sebagai khalifah di Bagdad pada waktu itu khalifah al Mamum sedang di luar kota Bagdad. Walaupu saudara-saudara al Makmum menghendaki Ibrahi di bunuh akan tetapi khalifah al Makmum tetap berisikera untk memaafkan Ibrahim. Khalifah al Makmum termasuk khalifah yang memerintah pada saat masa keemasan Abasiyah, beliau juga seorang pencinta ilmu dan pemerhati masalah social seperti bapaknya Harun al Rasyid.
4.Al Muktasim
Nama aslinya adalah Abu Ishak Muhammad al Muktahim lahir tahun 187 H dan memerinah tahun 467 -487 M, beliau dibesarkan dalam suasana ketentaraan. Pada masa khalifah al Makmum pendahulunya al Muktshim merupakan tangan kannnya bagi menyelesaikan kesulitan dan memimpn peperangan. Karena sikap keberanian dan tegas itulah maka khalifah al Makmum kakaknya melantiknya sebagai putra mahkota. Al Muktashim menjadi khalifah setelah kakaknya al Makmum wafat. Al Muktasim memerintah pada masa Abasiyah masih mengalami kejayaan peradaban ilmu pengetahuan, beliau juga terkenal sebagai pencnta ilmu dan pengembangan ilmu pngetahuan.
Kebijakan Khalifah Bani Abasiyah
PERKEMBANGAN peradaban mengalami puncak kejayaannya pada masa Abasiyah. Keadaan itu terjadi karena peran para Khalifah dan kebijakan yang mereka tetapkan. Khalifah yang membuat kebijakan dan menjadi khalifah pertama melaksanaan kebijaka tersebut adalah Khalifah Harun al Rasyid dan putranya al Makmun. Mereka berdua adalah pembuat kebjikan tentang kewajiban talabul ilmu dan mereka sangat cinta ilmu. Dari 37 khalifah Abasiyah yang memerintah terdapat beberapa khalifah yang terkenal diantaranya;
1.Abu Jakfar Al Mansur
Beliau di kenal sebagai khalifah yang cerdas dan tegas. Dialah yang menetapkan tujuh kebijakan khalifah yang menjadi pedoman pemerintahan bani Abasiyah. Tujuh kebijakan ini di analisa oleh para ahli sejarah bahwa, penyokong, pendorong dan mampuh memberi motivasi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bani Abasiyah. Pada masa pemerintahan Abu Ja’far kerajaan besar di selat Bosporus dapat di taklukan oleh pasukan Islam dan Ratu Irene sebgai penguasa wilayah itu takluk dan membayar upeti yang banyak pada Abu Ja’far al Mansur . Ratu Irene harus membayar mahal pada kekalahannya tersebut. Ratu harus menjual beberapa gereja hanya untuk mendapatkan emas ntuk bayar kepada khalifah Abu Ja’far
Ulama besar Ibnu Tabatiba tentag kehidupan al Mansur adalah,” al Mansur seoang raja yang agung, tegas dan bijaksana, alim, berfikir cerdas, pemeintahannya rafi, amat disegani oleh rakyat dan baik budi pekertnya, Ibnu Tabatabi mengutip kata-kata Yazid bin Umara bin Hubairah mengenai al Mansur: aku tidak pernah menjumpai seorang laki-laki dimasa perang atau damai yang siap siaga, lebih bijak dan sadar dari pada al Mansur”
2.Harun Al Rasyid
Lahir di kota kecil Raiyi pada tahun 145 H = 767 M. Ibunya seorang hamba yang juga ibundanya al Hadi, ayahandanya adalah al Mahdi khalifah ketiga Abasiyah yang memerintah selama 10 tahun. Harun adalah seorang halifah yang paling dihormati , alim dan sangat di muliakan sepanjang usia menjadi khalifah. Pada waktu melaksanakan ibadah haji, beliau bersembahyang seratus rakaat seiap hari dan pergi menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Semua perbuatannya terutama didalam bershadaqah sama dengan al Mansur, beliau sangat rahim dan pemurah behubungan dengan harta benda yang dimilikinya. Pemerintahan khalifah Harun al Rasyid adalah puncak keemasan bani Abasiyah. Kota Bagdad sebagai ibukota Negara telah mencapai puncak kejayaannya pada masa itu. Bukan khalifah saja yang mendapatkan limpahan harta kekyaan dari kejayaan itu, akan tetapi semua pembesar istanah sepeti pegawai-pegawai pemerintah, panglima-panglima tentara dan para pekerja istanah lainnya. Di dalam kota Bagdad di bangun taman-taman kota yang indah, saluran –saluran air yang jalan lancar.
Dizaman Harun al Rayid itu juga Baitul Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin. Khalifah Harun al Rasyid menjadikan program social tersebut di atas sebagai tugas dan tanggung jawab Baitu Mal. Salah satu pogram Harun al Rasyid yang membuat beliau terkenal adalah dengan mendirikannya, Baitul Hikmah yang merupakan sebuah instutisi kebdayaan dan fikiran cemerlang pada zaman itu. Lembga intitusi kebudayaan terbesar dan terlengkap ini menjadi rujuan para pelajar eropa yang belajar dari Islam, kemudian kembali ke eropa mereka kembangan menjadi lembaga-lembaga kajian yang menjadi perintis jalan menuju masa Renaisance dan Industialisasi di eropa abad ke 17.
3.Al Makmum
Khaliafah al Makmum berkuasa tahun 198H-218H, dia dilahirkan dari seorang ibu hamba sahaya bernama Marajil. Dia di lahirkan enam bulan lebih dahulu dari saudara sebapak al Amin. Sifat –sifat beliau yang sangat menonjol diantaranya pemaaf, beliau memaafkan peberontak Fadhli bin ar Rabi’yah yang telah menghasut komplotan penjahat menentang dirinya. Beliau juga memaafkan Ibrahim bin al Mahdi yang telah melantik dirinya sebagai khalifah di Bagdad pada waktu itu khalifah al Mamum sedang di luar kota Bagdad. Walaupu saudara-saudara al Makmum menghendaki Ibrahi di bunuh akan tetapi khalifah al Makmum tetap berisikera untk memaafkan Ibrahim. Khalifah al Makmum termasuk khalifah yang memerintah pada saat masa keemasan Abasiyah, beliau juga seorang pencinta ilmu dan pemerhati masalah social seperti bapaknya Harun al Rasyid.
4.Al Muktasim
Nama aslinya adalah Abu Ishak Muhammad al Muktahim lahir tahun 187 H dan memerinah tahun 467 -487 M, beliau dibesarkan dalam suasana ketentaraan. Pada masa khalifah al Makmum pendahulunya al Muktshim merupakan tangan kannnya bagi menyelesaikan kesulitan dan memimpn peperangan. Karena sikap keberanian dan tegas itulah maka khalifah al Makmum kakaknya melantiknya sebagai putra mahkota. Al Muktashim menjadi khalifah setelah kakaknya al Makmum wafat. Al Muktasim memerintah pada masa Abasiyah masih mengalami kejayaan peradaban ilmu pengetahuan, beliau juga terkenal sebagai pencnta ilmu dan pengembangan ilmu pngetahuan.
Kebijakan Khalifah Bani Abasiyah
Khalifah Abu Ja’far al Mansur, khalifah ke dua dari pemerintahan bani Abasiyah menetapkan tujuh kebijakan pemerintahan Abasiyah sebagai kontrol pemerintahan. Dan
tujuh kebijakan ini telah menjadi pedoman bagi 9 khalifah Abasiyah pada fase pertama dalam menjalankan pmerintahannya, meskipun mereka tidak melaksanakannya secara utuh tujuh kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut adalah;
1.Memindahkan pusat kekuasaan bani Abasiyah dari Hasyimiyah ke Bagdad
2. Kota Bagdad sebagai pusat kekuasaan Abasiyah di buka menjadi kota pintu terbuka
untuk semua peradaban dari berbagai bangsa masuk. Hal ini dilakuan oleh para khalifah
melihat pengalaman pola pengembanga budaya dan ilmu masa bani Umaiyah yang
bersifat arab oriyented, akibatnya adalah budaya dan ilmu pengetahuan menjadi
lambat berkembang.
3.Ilmu pngetahuan di pandang sabagai suatu yang sangat mulia dan berharga.
Para khalifah adalah orang-orang yang sangat mencintai ilmu dan membuka
Kesempatan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
4.Rakyat di beri kebeban berfikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang
Seperti; aqidah, ibadah, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
5.Para menteri keturnn Persia di beri hak penuh untuk menjalankan pemerintahan
Sehingga mereka memegang peranan penting dalam memajuankebudayaan dan ilmu
Pengetahuan.
6.Berkat usaha khalifah Abasiyah yang sungguh-sungguh dalam membangun ekonomi
Islam, pemerinthan islam Abasiyah memiliki perbendaharaan harta yang cukup me
Limpah di baitu maal hasil rampasan perang dari kemenngan perang.
7.Dalam pengemngan ilmu pengetahuan para khalifah banyak yang mendukug per
Kembangan ilmu penetahuan, sehingga anyak buku-buku yang dikarang oleh ilmuan
Dalam lembga-lembaga ilmu penegtahan yang di bangun untuk memfasilitasi kegia
tan masyarakat dalam menimbah ilmu pengetahuan. 8. Masyarakat dapat di bagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok petama , kelompok khalifah, terdiri dari khalifah dan keluarga, para pembesar dan pekerja yang bekerja di istanah, mereka di beri penginapan didalam wilayah istanah ( daarul khalifah). Kelompok kedua .yaitu kelompok masyarakat umum yang terdiri para guru, ulama, petani, buruh, filosof dan masyarakat pada umumnya. Tujuan dari pembagian menjadi dua kelompok masyarakat dimaksud agar pembagian tugas menjadi jelas, bukan justru untuk mebuat gep antara sesame masyarakat islam atau antara masyarakat Islam dengan masyarakat non Islam, meskipun kenyataan dalam masyaraka terjadi dikotomi dalam masyrakat Islam Abasiyah antara para pemebesar dengan masyarakat umum terjadi perbedaan kelas masyarakat.
Delapan kebijakan khalifah Abasiyah tersebut oleh para pakar sejarah bahwa tujuh kebijakan khalifah itu mampuh meciptakan suasana belajar yang kondusif, memotivasi masyarakat Abasiyah untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan mampuh mebentuk budaya beajar dengan sesungguhnya bagi masyarakat Abasiyah pada umumnya. (*)
Senin, 30 Januari 2017
Lebih Baik Mengajarkan Sanksi
Tanpa Disadari Anak Belajar Bohong dari Orangtua
ADA fakta unik dan menarik yang menjadi "jalan" salah dalam mendidik an
ak-anak. Tanpa disadari biasanya, orangtua selalu mengulang hal tersebut. Hasilnya, sang anak mereka tingkah orangtuanya dan menjadi model sebagai pembenaran.
Misalnya menjadikan anak sebagai "raja yang tak pernah salah". Jujur berkaca pada pengalaman. Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.
Ketika proses pemukulan terhadap benda-benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.
Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.
Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”
Dididik Bohong
Lalu ada juga orang tua yang "mendidik" anak untuk berbohong. Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? Karena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya.
Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?
Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur?
Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contoh lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.
Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan? Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian. “Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”
Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari.
Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan. (*)
ADA fakta unik dan menarik yang menjadi "jalan" salah dalam mendidik an
ak-anak. Tanpa disadari biasanya, orangtua selalu mengulang hal tersebut. Hasilnya, sang anak mereka tingkah orangtuanya dan menjadi model sebagai pembenaran.
Misalnya menjadikan anak sebagai "raja yang tak pernah salah". Jujur berkaca pada pengalaman. Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.
Ketika proses pemukulan terhadap benda-benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.
Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.
Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”
Dididik Bohong
Lalu ada juga orang tua yang "mendidik" anak untuk berbohong. Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? Karena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya.
Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?
Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur?
Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contoh lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.
Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan? Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian. “Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”
Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari.
Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan. (*)
Kisah Cinta Adam AS di Jabal Rahmah
BANYAK
Jabal Rahmah |
Dilihat dari Sejarah Jabal Rahmah, bukit ini diyakini sebagai Lokasi Pertemuan antara Nabi Adam dan Siti Hawa setelah mereka dipisahkan dan diturunkan dari Syurga oleh Allah SWT.
Selama bertahun-tahun Nabi Adam dan Siti Hawa setelah melakukan kesalahan memakan buah khuldi yang terlarang diturunkan oleh Allah ke dunia. Berdasarkan kajian para Ulama, dilasir dari ‘Haji dari Masa ke Masa’, kemungkinan Nabi Adam diturunkan di negeri India, sedangkan Hawa diturunkan di Irak.
Setelah keduanya bertaubat untuk memohon ampun, akhirnya atas izin Allah SWT mereka dipertemukan di Puncak Bukit Jabal Rahmah ini. Setelah pertemuan tersebut, Nabi Adam dan Hawa melanjutkan hidup mereka dan melahirkan anak-anak keturunannya sampai sekarang.
Jabal Rahmah sendiri merupakan bukit batu. Tingginya hanya sekitar 70 meter dan bisa dinaiki melewati batu-batuan terjal. Perjalanan dari bawah kaki bukit hingga sampai ke monumen Adam dan Hawa biasanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit saja.
Di Puncak Jabal Rahmah, saat ini dibangun sebuah monumen dari beton persegi empat dengan lebar kurang lebih 1,8 meter dan tingginya delapan meter. Menuju puncak bukit ini, dibangun infrastruktur yang memadai sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk mencapainya. Infrasktruktur ini berupa jalanan berbentuk tangga dengan 168 anak tangga menuju puncak Jabal Rahmah.
Jabal Rahmah juga merupakan tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad SAW, tatkala melakukan wukuf. Wahyu tersebut termuat dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 3, “…Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Meski Ulama Saudi sendiri sudah menegaskan berziarah ke Jabal Rahmah bukanlah hal yang disunnahkan apalagi diwajibkan, nyatanya banyak peziarah berdatangan dan berdoa menengadahkan tangan di sana saat wukuf.
Jamaah haji dari berbagai dunia termasuk Indonesia, selain memadati bukit ini saat wukuf 9 Dzulhijjah. Tidak sedikit mereka menulis nama-nama agar diberikan kelancaran jodoh dan dan kelanggengan pasangan.
Selain itu, tempat ini juga digunakan untuk bermunajat dan berdo’a, serta sebagai tempat wisata sejarah dan keislaman. Di sini juga terdapat pedagang suvenir berbagai barang, mulai batu cincin, peci, tasbih, sorban dan pernak-pernik lain. Umumnya para pedagang ini adalah para pendatang yang berasal dari Afrika.
Di lokasi Jabal Rahmah ini juga terdapat unta bagi para wisatawan yang ingin mencoba menaiki unta. Para pemilik unta akan mendatangi para wisatawan untuk menawarkan unta mereka sambil befoto. Tarif menaiki unta ini anta lima sampai 10 real. (*)
Minggu, 29 Januari 2017
Menghafal Alquran Jangan Banyak Berpikir tapi Perbanyak Syukur
Tak ada kata terlambat menghafal ayat-ayat Alquran. |
Saat Terbaik Adalah ketika Membaca Alquran
SEMUA manusia pada hakikatnya punyat tiket menghafal Alquran. Menurut Ustaz Abdul Aziz Abdur Rauf Lc, setiap manusia tinggal memilih, ambil seluruhnya atau sebagian, 30 juz atau juz 30.''Bagaimana kalau sudah dewasa? Selama masih hidup, insya Allah bisa hafal Alquran,'' kata Ustaz Abul Aziz dalam kajian bertajuk Sekeluarga Hafal Alquran yang digelar Majelis Taklim Wirausaha (MTW) di Masjid Jenderal Sudirman WTC, Jakarta, Ahad (29/1/2017).
Sejak menghafal Alquran pada 1984, ia merasa terpanggil untuk memberikan metode mudah menghafal kitab suci yang diturunkan Allah subhanahu wa ta'ala kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wassalam tersebut. Sebab menurut dia, jika umat Islam tidak hafal Alquran, rugi sekali.
Ia berkata, seorang Muslim harus khawatir kalau lisannya mengucapkan hal yang tidak diapresiasi Allah subhanahu wa ta'ala. Saat terbaik adalah saat membaca Alquran. Menghafal Alquran pakai metode apa saja, kunci pertamanya adalah istiqamah sampai akhir hayat.
''Jangan berprasangka buruk sama Allah subhanahu wa ta'ala. Niat ingin hafal Alquran itu mulia. Niatkan hafal 30 juz, kalau prosesnya hanya hafal tiga juz atau juz 30, ya tidak apa,'' kata Ustaz Abul Aziz.
Lagi pula di Alquran dan hadits tidak ada yang menyebut kata hafal, yang ada adalah shahibul Alquran. Idealnya seorang Muslim bisa enam kemampuan atas Alquran hafal. Jika tidak mampu semua, maka cari cara lain yang dinilai mampu.
Kedua, menghafal bersama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab, kata dia,Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan Alquran sebagai sebaik-baik bacaan. Semangatnya, dengan hafal Alquran jadi dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka, amat perlu menghadirkan semua nilai akidah.
''Doa tiap hari minta bantuan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berterima kasih pada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memberi hidayah menghafal Alquran. Semangat bersama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan menghafal pakai logika,'' ungkap penulis buku Anda Pun Bisa Jadi Hafidz Alquran itu.
Untuk mereka yang sudah dewasa, fokus menghafal Alquran bukan pada target tapi berapa lama waktu yang dikomitmenkan untuk menghafal. Jangan banyak berpikir, banyak bersyukur sudah punya waktu bersama Alquran.
Saat sudah membuktikan komitmen, Allah SWT beri rasa ketagihan dengan Alquran. Kalau sudah begitu, menghafal 30 juz itu pasti bisa. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/01/29/okj9hz282-dua-kunci-mudah-menghafal-alquran
Jumat, 27 Januari 2017
Bekerja dan Belajar karena Allah
Berlatih dan belajar karena Allah banyak keuntungannya. |
Kedua tangan pemuda itu keras dan agak kasar yang mencerminkan bahwa ia seorang pekerja keras yang tidak mengenal lelah.
Tergambar pula dari raut wajahnya dan penampilan fisiknya. Ternyata sosok Muslim pekerja keras inilah yang dicintai dan dibanggakan oleh Rasulullah SAW. Memang, Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk selalu bekerja dan bekerja dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, mempersembahkan kerja dan amal yang terbaik (ihsan), baik dalam kait annya dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia, bahkan dengan dirinya sendiri.
Karena, hanya dengan cara inilah seorang Muslim akan meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun akhirat. “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah [9]: 105).
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya (bekerja keras) dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al-Mulk [67]: 15).
Rasul SAW sangat memuji orang yang berusaha dan bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, seperti digambarkan dalam hadis di atas dan ha dis riwayat Imam Bukhari No 1.470; “Sesungguhnya seseorang dari ka lian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta, baik diberi atau tidak.” Dalam hadis lain riwayat Bukha ri No 2.072. “Tidak lah seseorang makan makan an yang lebih baik daripada hasil usaha nya sendiri dan Nabi Dawud AS juga makan dari usahanya sendiri.”
Bahkan, jika seseorang tertidur kelelahan karena mencari rezeki yang halal, tidurnya itu akan dipenuhi dengan ampunan dari Allah SWT (HR Imam Tabrani). Sebaliknya, Rasulullah SAW sa ngat membenci bermalas-malasan, tidak mau bekerja. Dan, beliau selalu memohon perlindungan Allah SWT dari sifat malas.
“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasali wal jubni wal harami wa a’udzu bika min fitnatil mahya wal mamat wa a’udzu mika min ‘adzabil qabri“ (Ya Allah aku berlindung kepada- Mu dari sikap lemah, malas, pengecut, dan kepikunan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur).” (HR Bukhari).
Karena itu, kita harus bersyukur dan memberikan apresiasi (penghargaan) yang tinggi kepada generasi muda, seperti pelajar SMK yang telah berhasil membuat mobil dan merakit sebuah pesawat dengan kerja keras sendiri, di bawah bimbingan para gurunya dalam team work yang solid. Kita yakin masih banyak gene rasi muda harapan bangsa yang cinta kerja untuk membangun masa depannya dan masa depan bangsa dan masyara kat nya. Wallahu a’lam. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/23/ok8mz7313-menghargai-kerja-keras
Awas Keliru, Mendidik Anak Harus Sesuai Zamannya
SABDA Rasulullah SAW: "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan.
Dari hadist tersebut, sudah sangat jelas bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini serba berubah. Sesuatu yang hari ini istimewa, tapi pada 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi hanya hal yang biasa-biasa saja. Sesuatu yang hari ini mustahil, bisa jadi pada 10 atau 20 tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah sekali.
Pada tahun 1981 atau sekitar 35 tahun lalu, tamatan SMA/ MA sederajat sangat dicari- cari untuk diusulkan jadi pegawai negeri sipil (PNS), tapi sekarang atau sejak 5 tahun terakhir, jenjang SMA sama sekali tidak masuk dalam kategori penerimaan pegawai, kecuali honorer. Kondisi tersebut terus berubah, bahkan saat ini tamatan S1 atau S2 sudah tidak terlalu istimewa lagi, apalagi dimasa depan. Fenomena itu menggambarkan kemajuan zaman yang terus berubah.
Karena itu, agar para guru, para orang tua terus mengembangkan pengetahuannya dalam Ilmu Pengetahuan, dan mengajarkan anak- anak sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang, bukan masa kini apalagi masa lalu. Ketika zaman berubah tentu tantangannyapun berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman inipun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak.
Pelajaran di masa sekolah dahulu telah berubah. Dari mulai masa-masa berburu, dimana manusia bertahan hidup dengan cara cara berburuh, kemudian berkembang dengan mulai bercocok tanam, kemudian berkembang lagi dengan mulai pandai mengelolah hasil cocok tanam/ industri.
Seiring perkembangan zaman, berbagai macam teknologi mulai berkembang, seperti ditemukannya mesin dan sekarang masuk masa informasi. Jadi dapat kita lihat, orang yang paling sukses adalah mereka yang paling cepat menguasai informasi hal ini ditandai dengan serba mudahnya kita mendapatkan akses untuk sebuah informasi melalui teknologi digital.
Semua orang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena pada dasarnya manusia dianuegerahi kecerdasan, ada jutaan sel didalam kepala manusia untuk menopang itu. Bedanya adalah kesungguhan manusia untuk menggunakan otak, padahal semakin sering digunakan maka semakin pintar seseorang, tapi sebaliknya, semakin jarang otak digunakan maka otak akan semakin tumpul.
Sumber ilmu pengetahuan itu ada dalam Islam. Itu dijelaskan dalam banyak ayat dan hadist. Bahkan Allah akan meninggikan orang- orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan sumber kebahagian dunia dan akhirat adalah dengan ilmu pengetahuan.
Untuk itu, kondisi tersebut menjadi 'PR' bagi guru dan orang tua dalam mempersiapkan anak- anak agar siap menghadapi tuntutan zamannya. Sehingga anak menjadi anak yang bermanfaat serta berdaya guna serta jadi amal kebaikan orang tua kelak.
Kurikulum 2013 berusaha menyesuaikan dengan kondisi dinamis pendidikan, dimana didalamnya tidak hanya menekankan siswa untuk belajar ilmu-ilmu umum, tetap juga agama, etitut dan lainnya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan akan datang. Untuk itu, guru dan orang tua sangat berperan dalam membawa masa depan anak. Untuk itu, orangtua dan guru dapat berperan aktif dalam pendidikan anak- anak nya, sehingga tumbuh dan kembang sesuai yang dibutuhkan zaman dengan tidak lepas dari kontrol agama. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/27/okfe0i396-didiklah-anak-sesuai-zamannya
Dari hadist tersebut, sudah sangat jelas bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini serba berubah. Sesuatu yang hari ini istimewa, tapi pada 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi hanya hal yang biasa-biasa saja. Sesuatu yang hari ini mustahil, bisa jadi pada 10 atau 20 tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah sekali.
Pada tahun 1981 atau sekitar 35 tahun lalu, tamatan SMA/ MA sederajat sangat dicari- cari untuk diusulkan jadi pegawai negeri sipil (PNS), tapi sekarang atau sejak 5 tahun terakhir, jenjang SMA sama sekali tidak masuk dalam kategori penerimaan pegawai, kecuali honorer. Kondisi tersebut terus berubah, bahkan saat ini tamatan S1 atau S2 sudah tidak terlalu istimewa lagi, apalagi dimasa depan. Fenomena itu menggambarkan kemajuan zaman yang terus berubah.
Karena itu, agar para guru, para orang tua terus mengembangkan pengetahuannya dalam Ilmu Pengetahuan, dan mengajarkan anak- anak sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang, bukan masa kini apalagi masa lalu. Ketika zaman berubah tentu tantangannyapun berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman inipun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak.
Pelajaran di masa sekolah dahulu telah berubah. Dari mulai masa-masa berburu, dimana manusia bertahan hidup dengan cara cara berburuh, kemudian berkembang dengan mulai bercocok tanam, kemudian berkembang lagi dengan mulai pandai mengelolah hasil cocok tanam/ industri.
Seiring perkembangan zaman, berbagai macam teknologi mulai berkembang, seperti ditemukannya mesin dan sekarang masuk masa informasi. Jadi dapat kita lihat, orang yang paling sukses adalah mereka yang paling cepat menguasai informasi hal ini ditandai dengan serba mudahnya kita mendapatkan akses untuk sebuah informasi melalui teknologi digital.
Semua orang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena pada dasarnya manusia dianuegerahi kecerdasan, ada jutaan sel didalam kepala manusia untuk menopang itu. Bedanya adalah kesungguhan manusia untuk menggunakan otak, padahal semakin sering digunakan maka semakin pintar seseorang, tapi sebaliknya, semakin jarang otak digunakan maka otak akan semakin tumpul.
Sumber ilmu pengetahuan itu ada dalam Islam. Itu dijelaskan dalam banyak ayat dan hadist. Bahkan Allah akan meninggikan orang- orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan sumber kebahagian dunia dan akhirat adalah dengan ilmu pengetahuan.
Untuk itu, kondisi tersebut menjadi 'PR' bagi guru dan orang tua dalam mempersiapkan anak- anak agar siap menghadapi tuntutan zamannya. Sehingga anak menjadi anak yang bermanfaat serta berdaya guna serta jadi amal kebaikan orang tua kelak.
Kurikulum 2013 berusaha menyesuaikan dengan kondisi dinamis pendidikan, dimana didalamnya tidak hanya menekankan siswa untuk belajar ilmu-ilmu umum, tetap juga agama, etitut dan lainnya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan akan datang. Untuk itu, guru dan orang tua sangat berperan dalam membawa masa depan anak. Untuk itu, orangtua dan guru dapat berperan aktif dalam pendidikan anak- anak nya, sehingga tumbuh dan kembang sesuai yang dibutuhkan zaman dengan tidak lepas dari kontrol agama. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/27/okfe0i396-didiklah-anak-sesuai-zamannya
Kamis, 26 Januari 2017
Terdidik Berarti Punya Budi Pekerti
DISKUSI - Siswa MA 45 Gianyar tengah asyik diskusi di teras perpustakaan. |
Bicara pendidikan, intinya budi pekerti. Karena budi pekerti dianggap sepele, kita sekadar mengajarkan ilmu tentang budi pekerti. Bukan mendidik budi pekerti. Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, belajar adalah proses jiwa yang bertujuan untuk membentuk akhlak yang mulia. Jiwa yang baik menghasilkan akhlakul karimah, sedangkan jiwa yang buruk menghasilkan akhlak mazhmumah. Maka, tugas sejati pendidikan adalah mendidik jiwa (qalbu) anak dengan siraman iman.
Rasulullah SAW bersabda: "Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, akan baik pula (amal dan perilaku) semua jasadnya. Dan, apabila segumpal daging itu buruk, akan buruk pula (amal dan perilaku) semua jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging itu namanya Qalbu." (HR. Muslim)
Ketika anak sudah berani membantah nasihat orang tua, berkata-kata kasar dan menyakiti perasaan orang tua, apakah ada pendidikan budi pekerti di rumah? Mengapa pula ada orang tua yang resah karena anaknya tidak juara kelas, tetapi tak resah ketika anaknya berani meninggalkan shalat?
Setali tiga uang dengan yang terjadi di sekolah. Banyak orang terpelajar, tapi tak terdidik. Terpelajar bicara kecerdasan, terdidik bicara budi pekerti. Gelarnya tinggi, tapi perilakunya membuat masyarakat prihatin. Inilah akibat jika manusia hanya dilatih kecerdasannya saja tanpa dididik budi pekertinya. Beruntunglah keluarga dan sekolah yang istiqamah mendidik dan menyucikan jiwa anak-anak sehingga menjadi manusia berbudi pekerti luhur (QS asy-Syams: 9 – 10).
Orang tua dan guru hendaknya setia membimbing anak kepada akhlak mulia. Diriwayatkan dari Anas RA yang telah menceritakan, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepadanya: "Wahai anakku, jika engkau mampu membersihkan hatimu dari kecurangan terhadap seseorang, baik pagi hari maupun petang hari, maka lakukanlah!" Selanjutnya, beliau melanjutkan: "Wahai anakku, yang demikian itu termasuk tuntunanku. Barang siapa yang menghidupkan tuntunanku, berarti ia mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku, niscaya akan bersamaku di dalam surga." (HR Tirmidzi).
Idealnya, mendidik budi pekerti pada diri anak-anak dilakukan sejak dini. Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya Ulumuddîn, menjelaskan beberapa cara untuk mendidik budi pekerti anak-anak, "... Hendaknya dia dilarang memulai pembicaraan dan dibiasakan untuk tidak berbicara selain untuk menjawab sesuai dengan kadar pertanyaan. Hendaklah dia dibiasakan untuk mendengar dengan baik jika orang lain yang lebih besar daripadanya berbicara, berdiri menghormat orang yang lebih atas daripadanya, meluaskan tempat duduk baginya, duduk di hadapannya dengan sopan, tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak ada gunanya dan kata-kata yang kotor, tidak mengeluarkan kutukan dan makian, serta tidak bergaul dengan orang yang mulutnya biasa mengeluarkan sesuatu dari kata-kata tersebut. Demikian, itu karena sesungguhnya hal itu pasti karena terpengaruh dari teman-teman yang buruk, padahal pokok pendidikan bagi anak-anak adalah menghindarkannya dari teman-teman yang jahat." (Abdur Rahman, 135)
Sebagai orang tua dan guru, didiklah diri sendiri sebelum kita mendidik anak-anak. Karena tanpa keteladanan, pendidikan budi pekerti tak akan pernah bisa melahirkan generasi cerdas dan berakhlak mulia. Mendidik budi pekerti bukan berwacana. Dengan niat dan ikhtiar mendidik karena mengharap ridha Allah SWT, alangkah lebih baiknya jika disempurnakan dengan doa yang kerap dipanjatkan Rasulullah SAW supaya kita senantiasa diberi kemuliaan akhlak: "Ya Allah, tunjukkanlah aku kepada akhlak yang paling baik, karena tiada seorang pun yang mampu menunjukkan hal ini kecuali Engkau. Ya Allah, jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena tidak ada yang dapat menjauhkan hal itu kecuali Engkau." (HR Ahmad). Wallahu a'lam bishawab. (*)
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/25/okbs4r313-pendidikan-budi-pekerti
Es Pisang Ijo IPA X Jadi Penolong
SAATNYA anak-anak Madrasah Aliyah (MA) 45 Gianyar beraksi nih. Like it or not, anak MA harus bisa masak atau berkaya. Hasilnya, olahan masakan yang dibuat gak kalah enak tuh sama anak Tata Boga.
Rasa penasaran saya tertuju pada anak-anak kelas IPA X. Pagi-pagi sudah sibuk membawa daun pisang yang ada di belakang sekolah. Setelah ditanya, ternyata mereka akan praktek membuat es pisang ijo nih.
Saya pun mengkiti anak-anak ke kelas. Benar saja siswa dan siswinya tengah sibuk mengolah masakan. Ada yang memotong pisang, mengaduk adonan tepung. Harum dari daun pisang yang dikukus pun cukup mengundang selera. Saya dibuat ngiler.
Tak butuh waktu lama, olahan es pisang ijo berhasil disajikan. Selain jago mengolah, mereka pun terampil membuat topingnya. Rasanya enak, dan kemasannya pun cantik. Yah begitulah kira-kira melihat olahan karya anak IPA X.
Saatnya icip-icip! Es pisang ijo terasa segar saat disantap. Rasanya nikmat dan menghilangkan rasa haus. Selain karena rasannya yang segar dan juga enak, es pisang ijo ini sangat menarik tampilannya, pisang yang dibaluti adonan berwarna hijau. Rasanya manis legit membuat saya nambah lagi. Merasa tertolong dari lapar, he...
Selain bahan-bahan yang dipilihnya sangat pas, pemilihan pisang ini pun juga sangat tepat. Pisang yang mempunyai banyak serat, selain membuat segar, juga mengganjal perut dari rasa lapar. Paduan pisang dan tepung beras plus bubur, sirop dan (*)
Kira-kira inilah bahan-bahannya:
Pisang Ijo:
200 g tepung beras
1 sdm tepung kanji
50 g gula pasir
2 sdm air daun suji pandan
400 ml santan encer
6 buah pisang kepok/tanduk/raja sereh, kupas
daun pisang/plastik tebal
Bubur:
100 g tepung beras
600 ml santan segar yang sedang kentalnya
1 lembar daun pandan
1/2 sdt garam
Pelengkap:
Santan matang
Sirop Merah
Es Batu
Cara membuat:
Pisang Ijo:
Aduk tepung beras, tepung kanji, gula, air daun suji dan santan hingga larut.
Masak di atas api kecil sambil aduk-aduk hingga kental dan matang.
Angkat dan dinginkan.
Ambil 2-3 sdm adonan, ratakan di atas selembar daun pisang atau plastik tebal.
Beri sepotong pisang di tengahnya. Bentuk adonan seperti pisang.
Kukus dalam kukusan panas selama 30 menit hingga matang.
Angkat dan dinginkan.
Bubur:
Aduk tepung beras dengan santan, pandan dan garam hingga larut.
Masak di atas api sedang hingga kental dan matang.
Angkat dan dinginkan.
Penyajian : Potong-potong pisang ijo, taruh di mangkuk saji.
Beri bubur, santan, sirop merah dan es batu.
Sajikan.
Rasa penasaran saya tertuju pada anak-anak kelas IPA X. Pagi-pagi sudah sibuk membawa daun pisang yang ada di belakang sekolah. Setelah ditanya, ternyata mereka akan praktek membuat es pisang ijo nih.
Saya pun mengkiti anak-anak ke kelas. Benar saja siswa dan siswinya tengah sibuk mengolah masakan. Ada yang memotong pisang, mengaduk adonan tepung. Harum dari daun pisang yang dikukus pun cukup mengundang selera. Saya dibuat ngiler.
Tak butuh waktu lama, olahan es pisang ijo berhasil disajikan. Selain jago mengolah, mereka pun terampil membuat topingnya. Rasanya enak, dan kemasannya pun cantik. Yah begitulah kira-kira melihat olahan karya anak IPA X.
Saatnya icip-icip! Es pisang ijo terasa segar saat disantap. Rasanya nikmat dan menghilangkan rasa haus. Selain karena rasannya yang segar dan juga enak, es pisang ijo ini sangat menarik tampilannya, pisang yang dibaluti adonan berwarna hijau. Rasanya manis legit membuat saya nambah lagi. Merasa tertolong dari lapar, he...
Selain bahan-bahan yang dipilihnya sangat pas, pemilihan pisang ini pun juga sangat tepat. Pisang yang mempunyai banyak serat, selain membuat segar, juga mengganjal perut dari rasa lapar. Paduan pisang dan tepung beras plus bubur, sirop dan (*)
Kira-kira inilah bahan-bahannya:
Pisang Ijo:
200 g tepung beras
1 sdm tepung kanji
50 g gula pasir
2 sdm air daun suji pandan
400 ml santan encer
6 buah pisang kepok/tanduk/raja sereh, kupas
daun pisang/plastik tebal
Bubur:
100 g tepung beras
600 ml santan segar yang sedang kentalnya
1 lembar daun pandan
1/2 sdt garam
Pelengkap:
Santan matang
Sirop Merah
Es Batu
Cara membuat:
Pisang Ijo:
Aduk tepung beras, tepung kanji, gula, air daun suji dan santan hingga larut.
Masak di atas api kecil sambil aduk-aduk hingga kental dan matang.
Angkat dan dinginkan.
Ambil 2-3 sdm adonan, ratakan di atas selembar daun pisang atau plastik tebal.
Beri sepotong pisang di tengahnya. Bentuk adonan seperti pisang.
Kukus dalam kukusan panas selama 30 menit hingga matang.
Angkat dan dinginkan.
Bubur:
Aduk tepung beras dengan santan, pandan dan garam hingga larut.
Masak di atas api sedang hingga kental dan matang.
Angkat dan dinginkan.
Penyajian : Potong-potong pisang ijo, taruh di mangkuk saji.
Beri bubur, santan, sirop merah dan es batu.
Sajikan.
Rabu, 25 Januari 2017
Dia Mau dan Bisa
Putri Uswatun Khasanah |
BANYAK yang bisa dilakukan selama kita mau melakukannya. Buktinya, apa yang sudah dibuat Putri Uswatun Khasanah. Siswi kelas X IPS ini mau membuat peta ditemukannya manusia purba di Nusantara.
Oke, di laman ini selain memuat fotonya Putri Uswatun Khasanah dan karya pembuatan peta ditemukannya manusia purba, ada juga materi yang bisa dipelajari bersama nih. Nyuk kita simak, eh baca yah.
Karya Ardila X IPS |
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.
Periodisasi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.
1. Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
a. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)
Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)
b. Zaman Batu Tengah ( Mesolitikum)
1. Ciri zaman Mesolithikum:
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat batu kasar.
c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur)
c. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.
d. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)
3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid
c. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
Pakaian dari kulit kayu
Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
d. Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka
2. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
a. Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)
b. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.
Manusia Purba Di Indonesia
Penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh :
1. Eugene Dobois,
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung. Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
Pithecanthropus Erectus
Fosil lain yang ditemukan adalah :
• Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
• Pithecanthropus Majokertensis, ditemukan di daerah Mojokerto
• Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo.
2. G.H.R Von Koenigswald
Hasil penemuan beliau adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 - 1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo.
3. Penemuan lain tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus)..
4. Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.
Jenis-jenis Manusia Purba yang ditemukan di Indonesia ada tiga jenis :
1. Meganthropus
2. Pithecanthropus
3. Homo
Ciri-ciri manusia purba yang ditemukan di Indonesia :
1. Ciri Meganthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Badannya tegak
• Hidup mengumpulkan makanan
• Makanannya tumnuhan
• Rahangnya kuat
2. Ciri Pithecanthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Hidup berkelompok
• Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
• Mengumpulkan makanan dan berburu
• Makanannya daging dan tumbuhan
3. Ciri jenis Homo :
• Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
• Muka dan hidung lebar
• Dahi masih menonjol
• Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia sebelumnya
CORAK KEHIDUPAN PRASEJARAH INDONESIA DAN HASIL BUDAYANYA
Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
• Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
• Bentuk budaya yang bersifat Material
i. Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
• Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris
• Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut dinamakan Hyang.
ii. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
• Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya belum menetap dan berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya berburu dan masih mengumpulkan makanan
• Bersifat Permanen (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata pencahariannya bercocok tanam. Muali mengenal norma adat, yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan
iii. Sistem bercocok tanam/pertanian
• Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam
• Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
• Sistem huma untuk menanam padi
• Belum dikenal sistem pemupukan
iv. Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)
v. Bahasa
Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor geografis dan perkembangan bahasa.
FOOD GATHERING
Ciri zaman ini adalah :
• Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan
• Nomaden, yaitu Hidup berpindah-pindah dan belum menetap
• Tempat tinggalnya : gua-gua
• Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih kasar, tulang dan tanduk rusa
• Zaman ini hampir bersamaan dengan zaman batu tua (Palaeolithikum) dan Zaman batu tengah (Mesolithikum)
FOOD PRODUCING
Ciri zaman ini adalah :
• Telah mulai menetap
• Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal
• Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma
• Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat
• Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu ,tanah liat dan batu
• Alat-alatnya sudah diupam/diasah
Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman batu muda) dan Zaman Megalithikum (zaman batu besar)
ZAMAN PERUNDAGIAN
• Manusia telah pandai membuat alat-alat dari logam dengan keterampilandan keahlian khusus
• Teknik pembuatan benda dari logam disebut a cire perdue yaitu, dibuat model cetakannya dulu dari lilin yang ditutup dengan tanah liat kemudian dipanaskan sehingga lilinya mencair. Setelah itu dituangkan logamnya.
• Tingkat perekonomian masyarakat telah mencapai kemakmuran
• Sudah mengenal bersawah
• Alat-alat yang dihasilkan : kapak corong, nekara,pisau, tajak dan alat pertanian dari logam
• Telah mencapai taraf perkembangan sosial ekonomi yang mantap
ZAMAN LOGAM
zaman ini terbagi menjadi 2 zaman yaitu :
1. Zaman Perunggu
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah :
• Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas.
• Nekara perunggu(Moko), bebrbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan dan maskawin.
• Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera
• Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar)
• Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan cincin.
Kebudayaan Perunggu sering disebut juga sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina karena disanalah Pusat Kebudayaan Perunggu.
2. Zaman Besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah :
• Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu
• Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
• Mata pisau
• Mata pedang
• Cangkul, dll
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul(Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur) (*)
Langganan:
Postingan (Atom)