Senin, 30 Januari 2017

Lebih Baik Mengajarkan Sanksi

Tanpa Disadari Anak Belajar Bohong dari Orangtua

ADA fakta unik dan menarik yang menjadi "jalan" salah dalam mendidik an
ak-anak. Tanpa disadari biasanya, orangtua selalu mengulang hal tersebut. Hasilnya, sang anak mereka tingkah orangtuanya dan menjadi model sebagai pembenaran.
Misalnya menjadikan anak sebagai "raja yang tak pernah salah". Jujur berkaca pada pengalaman. Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.
Ketika proses pemukulan terhadap benda-benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.
Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.
Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”

Dididik Bohong
Lalu ada juga orang tua yang "mendidik" anak untuk berbohong. Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? Karena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya.
Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?
Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur?
Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contoh lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.
Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan? Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian. “Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”
Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari.
Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan. (*)

Kisah Cinta Adam AS di Jabal Rahmah


BANYAK
Jabal Rahmah
tempat bersejarah yang sangat diimpikan umat Islam untuk mengunjunginya. Misalnya Jabal Rahmah yang berada di bagian timur Padang Arafah di kota Makkah. Sesuai dengan namanya, jabal berarti sebuah bukit atau gunung, sementara Rahmah adalah kasih sayang.
Dilihat dari Sejarah Jabal Rahmah, bukit ini diyakini sebagai Lokasi Pertemuan antara Nabi Adam dan Siti Hawa setelah mereka dipisahkan dan diturunkan dari Syurga oleh Allah SWT.
Selama bertahun-tahun Nabi Adam dan Siti Hawa setelah melakukan kesalahan memakan buah khuldi yang terlarang diturunkan oleh Allah ke dunia. Berdasarkan kajian para Ulama, dilasir dari ‘Haji dari Masa ke Masa’, kemungkinan Nabi Adam diturunkan di negeri India, sedangkan Hawa diturunkan di Irak.
Setelah keduanya bertaubat untuk memohon ampun, akhirnya atas izin Allah SWT mereka dipertemukan di Puncak Bukit Jabal Rahmah ini. Setelah pertemuan tersebut, Nabi Adam dan Hawa melanjutkan hidup mereka dan melahirkan anak-anak keturunannya sampai sekarang.
Jabal Rahmah sendiri merupakan  bukit batu. Tingginya hanya sekitar 70 meter dan bisa dinaiki melewati batu-batuan terjal. Perjalanan dari bawah kaki bukit hingga sampai ke monumen Adam dan Hawa biasanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit saja.
Di Puncak Jabal Rahmah, saat ini dibangun sebuah monumen dari beton persegi empat dengan lebar kurang lebih 1,8 meter dan tingginya delapan meter. Menuju puncak bukit ini, dibangun infrastruktur yang memadai sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk mencapainya. Infrasktruktur ini berupa jalanan berbentuk tangga dengan 168 anak tangga menuju puncak Jabal Rahmah.
Jabal Rahmah juga merupakan tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad SAW, tatkala melakukan wukuf. Wahyu tersebut termuat dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 3, “…Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Meski Ulama Saudi sendiri sudah menegaskan berziarah ke Jabal Rahmah bukanlah hal yang disunnahkan apalagi diwajibkan, nyatanya banyak peziarah berdatangan dan berdoa menengadahkan tangan di sana saat wukuf.
Jamaah haji dari berbagai dunia termasuk Indonesia, selain memadati bukit ini saat wukuf 9 Dzulhijjah. Tidak sedikit mereka menulis nama-nama agar diberikan kelancaran jodoh dan dan kelanggengan pasangan.
Selain itu, tempat ini juga digunakan untuk bermunajat dan berdo’a, serta sebagai tempat wisata sejarah dan keislaman. Di sini juga terdapat pedagang suvenir berbagai barang, mulai batu cincin, peci, tasbih, sorban dan pernak-pernik lain. Umumnya para pedagang ini adalah para pendatang yang berasal dari Afrika.
Di lokasi Jabal Rahmah ini juga terdapat unta bagi para wisatawan yang ingin mencoba menaiki unta. Para pemilik unta akan mendatangi para wisatawan untuk menawarkan unta mereka sambil befoto. Tarif menaiki unta ini anta lima sampai 10 real. (*)

Minggu, 29 Januari 2017

Menghafal Alquran Jangan Banyak Berpikir tapi Perbanyak Syukur

Tak ada kata terlambat menghafal ayat-ayat Alquran.

 Saat Terbaik Adalah ketika Membaca Alquran

SEMUA manusia pada hakikatnya punyat tiket menghafal Alquran. Menurut Ustaz Abdul Aziz Abdur Rauf Lc, setiap manusia tinggal memilih, ambil seluruhnya atau sebagian, 30 juz atau juz 30.
''Bagaimana kalau sudah dewasa? Selama masih hidup, insya Allah bisa hafal Alquran,'' kata Ustaz Abul Aziz dalam kajian bertajuk Sekeluarga Hafal Alquran yang digelar Majelis Taklim Wirausaha (MTW) di Masjid Jenderal Sudirman WTC, Jakarta, Ahad (29/1/2017).
Sejak menghafal Alquran pada 1984, ia merasa terpanggil untuk memberikan metode mudah menghafal kitab suci yang diturunkan Allah subhanahu wa ta'ala kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wassalam tersebut. Sebab menurut dia, jika umat Islam tidak hafal Alquran, rugi sekali.
Ia berkata, seorang Muslim harus khawatir kalau lisannya mengucapkan hal yang tidak diapresiasi Allah subhanahu wa ta'ala. Saat terbaik adalah saat membaca Alquran. Menghafal Alquran pakai metode apa saja, kunci pertamanya adalah istiqamah sampai akhir hayat.
''Jangan berprasangka buruk sama Allah subhanahu wa ta'ala. Niat ingin hafal Alquran itu mulia. Niatkan hafal 30 juz, kalau prosesnya hanya hafal tiga juz atau juz 30, ya tidak apa,'' kata Ustaz Abul Aziz.
Lagi pula di Alquran dan hadits tidak ada yang menyebut kata hafal, yang ada adalah shahibul Alquran. Idealnya seorang Muslim bisa enam kemampuan atas Alquran hafal. Jika tidak mampu semua, maka cari cara lain yang dinilai mampu.
Kedua, menghafal bersama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab, kata dia,Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan Alquran sebagai sebaik-baik bacaan. Semangatnya, dengan hafal Alquran jadi dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka, amat perlu menghadirkan semua nilai akidah.
''Doa tiap hari minta bantuan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berterima kasih pada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memberi hidayah menghafal Alquran. Semangat bersama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan menghafal pakai logika,'' ungkap penulis buku Anda Pun Bisa Jadi Hafidz Alquran itu.
Untuk mereka yang sudah dewasa, fokus menghafal Alquran bukan pada target tapi berapa lama waktu yang dikomitmenkan untuk menghafal. Jangan banyak berpikir, banyak bersyukur sudah punya waktu bersama Alquran.
Saat sudah membuktikan komitmen, Allah SWT beri rasa ketagihan dengan Alquran. Kalau sudah begitu, menghafal 30 juz itu pasti bisa. (*)

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/01/29/okj9hz282-dua-kunci-mudah-menghafal-alquran

Jumat, 27 Januari 2017

Bekerja dan Belajar karena Allah

Berlatih dan belajar karena Allah banyak keuntungannya.
SYAHDAN ketika seorang pemuda berjabatan tangan dengan Rasul SAW, tiba-tiba Rasul mencium tangan pemuda itu sambil berkata, “Inilah kedua tangan yang dicintai Allah SWT.” (HR Jamaah).
Kedua tangan pemuda itu keras dan agak kasar yang mencerminkan bahwa ia seorang pekerja keras yang tidak mengenal lelah.
Tergambar pula dari raut wajahnya dan penampilan fisiknya. Ternyata sosok Muslim pekerja keras inilah yang dicintai dan dibanggakan oleh Rasulullah SAW. Memang, Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk selalu bekerja dan bekerja dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, mempersembahkan kerja dan amal yang terbaik (ihsan), baik dalam kait annya dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia, bahkan dengan dirinya sendiri.
Karena, hanya dengan cara inilah seorang Muslim akan meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun akhirat. “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah [9]: 105).
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya (bekerja keras) dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al-Mulk [67]: 15).
Rasul SAW sangat memuji orang yang berusaha dan bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, seperti digambarkan dalam hadis di atas dan ha dis riwayat Imam Bukhari No 1.470;  “Sesungguhnya seseorang dari ka lian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta, baik diberi atau tidak.” Dalam hadis lain riwayat Bukha ri No 2.072. “Tidak lah seseorang makan makan an yang lebih baik daripada hasil usaha nya sendiri dan Nabi Dawud AS juga makan dari usahanya sendiri.”
Bahkan, jika seseorang tertidur kelelahan karena mencari rezeki yang halal, tidurnya itu akan dipenuhi dengan ampunan dari Allah SWT (HR Imam Tabrani). Sebaliknya, Rasulullah SAW sa ngat membenci bermalas-malasan, tidak mau bekerja. Dan, beliau selalu memohon perlindungan Allah SWT dari sifat malas.
“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasali wal jubni wal harami wa a’udzu bika min fitnatil mahya wal mamat wa a’udzu mika min ‘adzabil qabri“ (Ya Allah aku berlindung kepada- Mu dari sikap lemah, malas, pengecut, dan kepikunan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur).” (HR Bukhari).
Karena itu, kita harus bersyukur dan memberikan apresiasi (penghargaan) yang tinggi kepada generasi muda, seperti pelajar SMK yang telah berhasil membuat mobil dan merakit sebuah pesawat dengan kerja keras sendiri, di bawah bimbingan para gurunya dalam team work yang solid. Kita yakin masih banyak gene rasi muda harapan bangsa yang cinta kerja untuk membangun masa depannya dan masa depan bangsa dan masyara kat nya. Wallahu a’lam. (*) 

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/23/ok8mz7313-menghargai-kerja-keras

Awas Keliru, Mendidik Anak Harus Sesuai Zamannya

SABDA Rasulullah SAW: "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan.
Dari hadist tersebut, sudah sangat jelas bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini serba berubah. Sesuatu yang hari ini istimewa, tapi pada 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi hanya hal yang biasa-biasa saja. Sesuatu yang hari ini mustahil, bisa jadi pada 10 atau 20 tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah sekali.
Pada tahun 1981 atau sekitar 35 tahun lalu, tamatan SMA/ MA sederajat sangat dicari- cari untuk diusulkan jadi pegawai negeri sipil (PNS), tapi sekarang atau sejak 5 tahun terakhir, jenjang SMA sama sekali tidak masuk dalam kategori penerimaan pegawai, kecuali honorer. Kondisi tersebut terus berubah, bahkan saat ini tamatan S1 atau S2 sudah tidak terlalu istimewa lagi, apalagi dimasa depan. Fenomena itu menggambarkan kemajuan zaman yang terus berubah.
Karena itu, agar para guru, para orang tua terus mengembangkan pengetahuannya dalam Ilmu Pengetahuan, dan mengajarkan anak- anak sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang, bukan masa kini apalagi masa lalu. Ketika zaman berubah tentu tantangannyapun berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman inipun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak.
Pelajaran di masa sekolah dahulu telah berubah. Dari mulai masa-masa berburu, dimana manusia bertahan hidup dengan cara cara berburuh, kemudian berkembang dengan mulai bercocok tanam, kemudian berkembang lagi dengan mulai pandai mengelolah hasil cocok tanam/ industri.
Seiring perkembangan zaman, berbagai macam teknologi mulai berkembang, seperti ditemukannya mesin dan sekarang masuk masa informasi. Jadi dapat kita lihat, orang yang paling sukses adalah mereka yang paling cepat menguasai informasi hal ini ditandai dengan serba mudahnya kita mendapatkan akses untuk sebuah informasi melalui teknologi digital.
Semua orang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena pada dasarnya manusia dianuegerahi kecerdasan, ada jutaan sel didalam kepala manusia untuk menopang itu. Bedanya adalah kesungguhan manusia untuk menggunakan otak, padahal semakin sering digunakan maka semakin pintar seseorang, tapi sebaliknya, semakin jarang otak digunakan maka otak akan semakin tumpul.
Sumber ilmu pengetahuan itu ada dalam Islam. Itu dijelaskan dalam banyak ayat dan hadist. Bahkan Allah akan meninggikan orang- orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan sumber kebahagian dunia dan akhirat adalah dengan ilmu pengetahuan.
Untuk itu, kondisi tersebut menjadi 'PR' bagi guru dan orang tua dalam mempersiapkan anak- anak agar siap menghadapi tuntutan zamannya. Sehingga anak menjadi anak yang bermanfaat serta berdaya guna serta jadi amal kebaikan orang tua kelak.
Kurikulum 2013 berusaha menyesuaikan dengan kondisi dinamis pendidikan, dimana didalamnya tidak hanya menekankan siswa untuk belajar ilmu-ilmu umum, tetap juga agama, etitut dan lainnya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan akan datang. Untuk itu, guru dan orang tua sangat berperan dalam membawa masa depan anak. Untuk itu, orangtua dan guru dapat berperan aktif dalam pendidikan anak- anak nya, sehingga tumbuh dan kembang sesuai yang dibutuhkan zaman dengan tidak lepas dari kontrol agama. (*)

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/27/okfe0i396-didiklah-anak-sesuai-zamannya

Kamis, 26 Januari 2017

Terdidik Berarti Punya Budi Pekerti

DISKUSI - Siswa MA 45 Gianyar tengah asyik diskusi di teras perpustakaan.
PENDIDIKAN budi pekerti menjadi persoalan serius kita. Karena dikucilkan puluhan tahun, kini melacaknya bagai mencari jarum di tumpukan jerami.  Sebagai suatu materi pendidikan, pendidikan budi pekerti timbul tenggelam dalam kurikulum pendidikan nasional di Indonesia. Tanda kita tak serius membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan berakhlak mulia.
Bicara pendidikan, intinya budi pekerti. Karena budi pekerti dianggap sepele, kita sekadar mengajarkan ilmu tentang budi pekerti. Bukan mendidik budi pekerti. Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, belajar adalah proses jiwa yang bertujuan untuk membentuk akhlak yang mulia. Jiwa yang baik menghasilkan akhlakul karimah, sedangkan jiwa yang buruk menghasilkan akhlak mazhmumah. Maka, tugas sejati pendidikan adalah mendidik jiwa (qalbu) anak dengan siraman iman.
Rasulullah SAW bersabda: "Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, akan baik pula (amal dan perilaku) semua jasadnya. Dan, apabila segumpal daging itu buruk, akan buruk pula (amal dan perilaku) semua jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging itu namanya Qalbu." (HR. Muslim)
Ketika anak sudah berani membantah nasihat orang tua, berkata-kata kasar dan menyakiti perasaan orang tua, apakah ada pendidikan budi pekerti di rumah? Mengapa pula ada orang tua yang resah karena anaknya tidak juara kelas, tetapi tak resah ketika anaknya berani meninggalkan shalat?
Setali tiga uang dengan yang terjadi di sekolah. Banyak orang terpelajar, tapi tak terdidik. Terpelajar bicara kecerdasan, terdidik bicara budi pekerti. Gelarnya tinggi, tapi perilakunya membuat masyarakat prihatin. Inilah akibat jika manusia hanya dilatih kecerdasannya saja tanpa dididik budi pekertinya. Beruntunglah keluarga dan sekolah yang istiqamah mendidik dan menyucikan jiwa anak-anak sehingga menjadi manusia berbudi pekerti luhur (QS asy-Syams: 9 – 10).
Orang tua dan guru hendaknya setia membimbing anak kepada akhlak mulia. Diriwayatkan dari Anas RA yang telah menceritakan, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepadanya: "Wahai anakku, jika engkau mampu membersihkan hatimu dari kecurangan terhadap seseorang, baik pagi hari maupun petang hari, maka lakukanlah!" Selanjutnya, beliau melanjutkan: "Wahai anakku, yang demikian itu termasuk tuntunanku. Barang siapa yang menghidupkan tuntunanku, berarti ia mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku, niscaya akan bersamaku di dalam surga." (HR Tirmidzi).
Idealnya, mendidik budi pekerti pada diri anak-anak dilakukan sejak dini. Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya Ulumuddîn, menjelaskan beberapa cara untuk mendidik budi pekerti anak-anak, "... Hendaknya dia dilarang memulai pembicaraan dan dibiasakan untuk tidak berbicara selain untuk menjawab sesuai dengan kadar pertanyaan. Hendaklah dia dibiasakan untuk mendengar dengan baik jika orang lain yang lebih besar daripadanya berbicara, berdiri menghormat orang yang lebih atas daripadanya, meluaskan tempat duduk baginya, duduk di hadapannya dengan sopan, tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak ada gunanya dan kata-kata yang kotor, tidak mengeluarkan kutukan dan makian, serta tidak bergaul dengan orang yang mulutnya biasa mengeluarkan sesuatu dari kata-kata tersebut. Demikian, itu karena sesungguhnya hal itu pasti karena terpengaruh dari teman-teman yang buruk, padahal pokok pendidikan bagi anak-anak adalah menghindarkannya dari teman-teman yang jahat." (Abdur Rahman, 135)
Sebagai orang tua dan guru, didiklah diri sendiri sebelum kita mendidik anak-anak. Karena tanpa keteladanan, pendidikan budi pekerti tak akan pernah bisa melahirkan generasi cerdas dan berakhlak mulia. Mendidik budi pekerti bukan berwacana. Dengan niat dan ikhtiar mendidik karena mengharap ridha Allah SWT, alangkah lebih baiknya jika disempurnakan dengan doa yang kerap dipanjatkan Rasulullah SAW supaya kita senantiasa diberi kemuliaan akhlak: "Ya Allah, tunjukkanlah aku kepada akhlak yang paling baik, karena tiada seorang pun yang mampu menunjukkan hal ini kecuali Engkau. Ya Allah, jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena tidak ada yang dapat menjauhkan hal itu kecuali Engkau." (HR Ahmad). Wallahu a'lam bishawab. (*)

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/25/okbs4r313-pendidikan-budi-pekerti

Es Pisang Ijo IPA X Jadi Penolong

SAATNYA anak-anak Madrasah Aliyah (MA) 45 Gianyar beraksi nih. Like it or not, anak MA harus bisa masak atau berkaya. Hasilnya, olahan masakan yang dibuat gak kalah enak tuh sama anak Tata Boga.
Rasa penasaran saya tertuju pada anak-anak kelas IPA X. Pagi-pagi sudah sibuk membawa daun pisang yang ada di belakang sekolah. Setelah ditanya, ternyata mereka akan praktek membuat es pisang ijo nih.
Saya pun mengkiti anak-anak ke kelas. Benar saja siswa dan siswinya tengah sibuk mengolah masakan. Ada yang memotong pisang, mengaduk adonan tepung. Harum dari daun pisang yang dikukus pun cukup mengundang selera. Saya dibuat ngiler.
Tak butuh waktu lama, olahan es pisang ijo berhasil disajikan. Selain jago mengolah, mereka pun terampil membuat topingnya. Rasanya enak, dan kemasannya pun cantik. Yah begitulah kira-kira melihat olahan karya anak  IPA X.
Saatnya icip-icip! Es pisang ijo terasa segar saat disantap. Rasanya nikmat dan menghilangkan rasa haus. Selain karena rasannya yang segar dan juga enak, es pisang ijo ini sangat menarik tampilannya, pisang yang dibaluti adonan berwarna hijau. Rasanya manis legit membuat saya nambah lagi. Merasa tertolong dari lapar, he...
Selain bahan-bahan yang dipilihnya sangat pas, pemilihan pisang ini pun juga sangat tepat. Pisang yang mempunyai banyak serat, selain membuat segar, juga mengganjal perut dari rasa lapar. Paduan pisang dan tepung beras plus bubur, sirop dan (*)


Kira-kira inilah bahan-bahannya:
Pisang Ijo:
200 g tepung beras
1 sdm tepung kanji
50 g gula pasir
2 sdm air daun suji pandan
400 ml santan encer
6 buah pisang kepok/tanduk/raja sereh, kupas
daun pisang/plastik tebal
Bubur:
100 g tepung beras
600 ml santan segar yang sedang kentalnya
1 lembar daun pandan
1/2 sdt garam
Pelengkap:
Santan matang
Sirop Merah
Es Batu

Cara membuat:
Pisang Ijo:
Aduk tepung beras, tepung kanji, gula, air daun suji dan santan hingga larut.
Masak di atas api kecil sambil aduk-aduk hingga kental dan matang.
Angkat dan dinginkan.
Ambil 2-3 sdm adonan, ratakan di atas selembar daun pisang atau plastik tebal.
Beri sepotong pisang di tengahnya. Bentuk adonan seperti pisang.
Kukus dalam kukusan panas selama 30 menit hingga matang.
Angkat dan dinginkan.
Bubur:
Aduk tepung beras dengan santan, pandan dan garam hingga larut.
Masak di atas api sedang hingga kental dan matang.
Angkat dan dinginkan.
Penyajian : Potong-potong pisang ijo, taruh di mangkuk saji.
Beri bubur, santan, sirop merah dan es batu.
Sajikan.

Rabu, 25 Januari 2017

Dia Mau dan Bisa

Putri Uswatun Khasanah


BANYAK yang bisa dilakukan selama kita mau melakukannya. Buktinya, apa yang sudah dibuat Putri Uswatun Khasanah. Siswi kelas X IPS ini mau membuat peta ditemukannya manusia purba di Nusantara.
Oke, di laman ini selain memuat fotonya Putri Uswatun Khasanah dan karya pembuatan peta ditemukannya manusia purba, ada juga materi yang bisa dipelajari bersama nih. Nyuk kita simak, eh baca yah.

Karya Ardila X IPS
PRASEJARAH atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Periodisasi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.

1. Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:

a. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

b. Zaman Batu Tengah ( Mesolitikum)

1. Ciri zaman Mesolithikum:
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat batu kasar.
c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur)
c. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.
d. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid

c. Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
Pakaian dari kulit kayu
Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

d. Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

2. Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
a. Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)

b. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.

Manusia Purba Di Indonesia

Penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh :
1. Eugene Dobois,
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung. Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)

Pithecanthropus Erectus
Fosil lain yang ditemukan adalah :
• Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
• Pithecanthropus Majokertensis, ditemukan di daerah Mojokerto
 • Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo.

2. G.H.R Von Koenigswald
 Hasil penemuan beliau adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 - 1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo.

3. Penemuan lain tentang manusia Purba :
 Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus)..

4. Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.

Jenis-jenis Manusia Purba yang ditemukan di Indonesia ada tiga jenis :
1. Meganthropus
2. Pithecanthropus
3. Homo

Ciri-ciri manusia purba yang ditemukan di Indonesia :
1. Ciri Meganthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Badannya tegak
• Hidup mengumpulkan makanan
• Makanannya tumnuhan
• Rahangnya kuat

2. Ciri Pithecanthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Hidup berkelompok
• Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
• Mengumpulkan makanan dan berburu
• Makanannya daging dan tumbuhan

3. Ciri jenis Homo :
• Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
• Muka dan hidung lebar
• Dahi masih menonjol
• Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia sebelumnya

CORAK KEHIDUPAN PRASEJARAH INDONESIA DAN HASIL BUDAYANYA
Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
• Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
• Bentuk budaya yang bersifat Material

i. Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
• Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris
• Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut dinamakan Hyang.

ii. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
• Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya belum menetap dan berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya berburu dan masih mengumpulkan makanan
• Bersifat Permanen (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata pencahariannya bercocok tanam. Muali mengenal norma adat, yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan

iii. Sistem bercocok tanam/pertanian
• Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam
• Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
• Sistem huma untuk menanam padi
• Belum dikenal sistem pemupukan

iv. Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)

v. Bahasa
Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor geografis dan perkembangan bahasa.

FOOD GATHERING
Ciri zaman ini adalah :
• Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan
• Nomaden, yaitu Hidup berpindah-pindah dan belum menetap
• Tempat tinggalnya : gua-gua
• Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih kasar, tulang dan tanduk rusa
• Zaman ini hampir bersamaan dengan zaman batu tua (Palaeolithikum) dan Zaman batu tengah (Mesolithikum)

FOOD PRODUCING
Ciri zaman ini adalah :
• Telah mulai menetap
• Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal
• Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma
• Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat
• Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu ,tanah liat dan batu
• Alat-alatnya sudah diupam/diasah
Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman batu muda) dan Zaman Megalithikum (zaman batu besar)

ZAMAN PERUNDAGIAN
• Manusia telah pandai membuat alat-alat dari logam dengan keterampilandan keahlian khusus
• Teknik pembuatan benda dari logam disebut a cire perdue yaitu, dibuat model cetakannya dulu dari lilin yang ditutup dengan tanah liat kemudian dipanaskan sehingga lilinya mencair. Setelah itu dituangkan logamnya.
• Tingkat perekonomian masyarakat telah mencapai kemakmuran
• Sudah mengenal bersawah
• Alat-alat yang dihasilkan : kapak corong, nekara,pisau, tajak dan alat pertanian dari logam
• Telah mencapai taraf perkembangan sosial ekonomi yang mantap

ZAMAN LOGAM
zaman ini terbagi menjadi 2 zaman yaitu :
1. Zaman Perunggu
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah :
• Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas.
• Nekara perunggu(Moko), bebrbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan dan maskawin.
• Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera
• Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar)
• Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan cincin.
Kebudayaan Perunggu sering disebut juga sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina karena disanalah Pusat Kebudayaan Perunggu.

2. Zaman Besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah :
• Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu
• Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
• Mata pisau
• Mata pedang
• Cangkul, dll
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul(Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur) (*)

Selasa, 24 Januari 2017

Beri Nasihat Secara Rahasia

NASIHAT memiliki tempat yang penting dalam agama Islam. Memberi nasihat dapat memantapkan persaudaraan di antara umat Islam. Terlebih, bila nasihat yang disampaikan seorang Muslim semata-mata hanya karena Allah dan muncul sebagai wujud kasih sayang terhadap saudaranya.
Tak heran jika Nabi Muhammad SAW menjadikan nasihat sebagai tiang agama sekaligus barometer dalam melaksanakan agama. Tamim ad-Dari RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Agama itu nasihat.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW senantiasa memberikan nasihat dan wasiat kepada para sahabat dan umatnya.  Syekh Mahmud al-Mishri  dalam Ensiklopedi Akhlak Muhammad SAW, mengungkapkan, secara bahasa nasihat diambil dari kata an-nashihah.  Ibnu Manzur menjelaskan, nashahasy-syai berarti ''sesuatu itu murni''.
An-Nashih artinya sesuatu yang murni dari amal dan lainnya. Sedangkan an-Nush artinya ikhlas dan jujur di dalam musyawarah dan amal. Menurut Ibnu Atsir, nasihat adalah kata yang dipergunakan untuk mengungkapkan keinginan yang baik bagi orang yang dinasihati.
''Nasihat adalah mengajak orang lain untuk melaksanakan sesuatu yang mengandung kemaslahatan dan melarang mengerjakan sesuatu yang mengandung kerusakan,'' papar ahli bahasa dari abad ke-11 M, Abu Bakr Abd ul Qahir ibnu Abdur-Rahman al-Jurjan. Nasihat itu tentunya mencakup Allah SWT,  rasul-Nya, Kitab-Nya, para pemimpin umat dan kaum Muslimin secara umum.
Sebuah nasihat haruslah disampaikan sebagai bentuk rasa cinta yang murni kepada orang lain, tentunya lewat pesan-pesan yang mengantarkan orang lain menuju kepada kemaslahatan. Menurut Dr Muhammad al-Hasyimi, sekecil apapun nasihat yang disampikan  bernilai mulia di hadapan Allah.
Dalam sebuah hadis Nabi SAW bersabda, ''Agama adalah ketulusan (nashihah).'' Kami bertanya, ''Kepada siapa?'' Beliau bersabda, ''Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin Muslim dan masyarakat umum.'' (HR Muslim).  Menurut Syekh al-Mishri, memberi nasihat termasuk sifat para nabi. Sebab, para nabi tak pernah bosan untuk memberi nasihat kepada kaumnya untuk beriman.
Agar saat menyampaikan nasihat menuju kebenaran dapat tersampaikan dengan baik, seorang Muslim perlu memperhatikan etika memberi nasihat kepada orang di sekeliling kita. Lantas apa saja etika memberi nasihat itu? Syekh al-Mishri mengungkapkan ada beberapa etika dalam memberi nasihat kepada orang lain:
Pertama, niat tulus hanya karena Allah SWT.  Pemberi nasihat hanya mengharapkan ridha Allah dan balasan di akhirat. Ia menyampaikan nasihat bukan karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi, riya (ingin dipuji orang lain) dan sum'ah (menceritakan kebaikannya kepada orang lain).
Kedua, berdasarkan ilmu. Memberi nasihat dengan ilmu merupakan sebuah keharusan dalam arti menguasai materi yang akan dinasihatkan. Tanpa didasari ilmu, bisa jadi seseorang akan menasihati dengan hal-hal yang munkar dan justru melarang yang makruf (baik).
Ketiga, berhias diri dengan akhlak lemah lembut. Pemberi nasihat wajib memiliki akhlak yang lemah lembut dan santun dalam menyampaikan nasihat. Hal ini diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Harun AS saat berdakwah kepada Firaun. ''Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.'' (QS Thaha:44).
Keempat, memilih cara yang tepat. Cara memberi nasihat berbeda-beda sesuai dengan situasi, kondisi dan kepribadian seseorang. Dalam banyak keadaan, manusia justru membutuhkan nasihat melalui keteladanandari seorang figur. Menasihati anak-anak berbeda dengan menasihati orang dewasa.
Kelima, tidak bertujuan mencela atau menyebarkan keburukan. Keenam, nasihat meliputi urusan agama dan dunia. Ketujuh, menasihati secara rahasia. Kedelapan, si pemberi nasihat wajib bersabar bila orang itu tidak bersedia menerima nasihatnya.
Syekh al-Mishiri, mengingatkan bahwa nasihat yang paling utama adalah nasihat untuk diri sendiri.  ''Dia harus menasihati diri sendiri sebelum menasihati orang lain,'' tuturnya.  Mereka yang menipu dirinya sendiri, tidak bisa diharapkan dapat menasihati orang lain. Allah SWT mencela orang-orang yang memerintahkan kebaikan kepada orang lain, namun dia sendiri tidak melaksanakannya.
''Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.'' (QS ash Shaff: 2-3).
Nasihat yang disampaikan dengan tulus, papar Syekh al-Mishri, dapat berpengaruh besar terhadap diri seseorang dan mendorongnya untuk melaksanakan nasihat yang diterimanya. Pada akhirnya, nasihat atau wasiat akan menjadi bagian takwa, mengingat kebenaran dan berpikir. (*)

Lahirnya Gerakan Pembaharuan Dunia Islam

AA/WORLD BULETIN

GERAKAN pembaharuan Islam adalah suatu upaya untuk menyesuaikan (kontekstualisasi) ajaran Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan disebut dengan tajdîd. Secara harfiah tajdîd berarti pembaharuan, dan pelakunya disebut dengan mujaddid.
Tradisi pembaharuan dalam Islam sebenarnya telah berlangsung lama sejak masa-masa awal sejarah Islam. Karena dalam Islam setiap kali terjadi masalah baru yang belum ada ketentuan hukum sebelumnya, maka kaum muslim segera akan mencari jawabannya (ber-ijtihad) melalui metode ijma’, qiyas dan sebagainya dengan tetap merujuk pada al-Qur’an dan al-hadits.
Dalam hal ini Rasulullah Saw pernah mengisyaratkan, “sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap abad orang-orang yang akan memperbaiki (memperbaharui) agamanya” (HR. Imam Abu Dawud). Namun demikian, istilah tajdid atau pembaharuan dalam Islam baru populer pada awal abad ke-18 M, tepatnya setelah munculnya gaung pemikiran dan gerakan pembaharuan Islam di Mesir, sebagai imbas dari persinggungan politik dan intelektual antara Islam dengan dunia Barat. Gerakan pembaharuan dalam Islam, yang oleh beberapa pakar disebut juga gerakan modernisasi atau gerakan reformasi Islam, adalah gerakan yang dilakukan untuk menyesuaikan ajaran Islam dengan tatanan dunia baru yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Dengan pembaharuan itu para pemimpin Islam berharap agar umat Islam terbebas dari ketertinggalan, bahkan dapat mencapai kemajuan yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dengan kata lain, istilah modernisasi berarti sebuah bentuk perubahan tatanan (transformasi) dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik, dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Dengan demikian, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi, atau menambahi teks al-Qur’an maupun al-hadits, melainkan hanya menyesuaikan pemahaman atas keduanya dalam menjawab tantangan zaman yang senantiasa berubah (kontekstualisasi ajaran Islam). Hal ini, menurut para tokoh pembaharuan Islam, dikarenakan terjadinya kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Oleh karenanya diperlukan upaya pembaharuan dalam pemikiran dan keagamaan masyarakat sehingga dapat sejalan dengan spirit al- Qur’an dan as-Sunnah.
Maka dengan demikian, pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat Islam agar sejalan dengan semangat al-Qur’an dan as- Sunnah sebagaimana dicontohkan ulama salafus shalih terdahulu. Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dunia Islam timbul terutama karena adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad XIX mulai menyadari bahwa mereka telah mengalami kemunduran dibandingankan dunia Barat yang pada saat itu mulai menemukan titik kemajuan peradaban.
Sebelum periode modern, hubungan atau kontak antara Islam dan Barat sebenarnya sudah terjadi, terlebih antara Kerajaan Utsmani (yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa) dengan beberapa negara Barat. Namun kontak dengan kebudayaan Barat ini semakin intens saat jatuhnya kekuatan Mesir oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis, disusul dengan imperialisasi Barat terhadap negara-negara muslim lainnya.
Kondisi itu akhirnya membuka pemikiran pemuka-pemuka intelektual dan pemerintahan Islam di Mesir untuk segera mengadakan upaya-upaya pembaharuan.Di antara hal-hal yang mendorong lahirnyanya gerakan pembaharuan dan modernisasi Islam adalah:

1. Adanya sifat jumud (stagnan) yang telah membuat umat Islam berhenti berpikir dan berusaha. Selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir (berijtihad) maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Kemajuan masyarakat hanya akan bisa tercapai melalui pengkajian ilmu pengetahuan yang terus menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam teknologi terapan dan kehidupan sosial yang nyata demi kemajuan masyarakat. Untuk itulah maka perlu diadakan upaya pembaharuan dengan memberantas sikap jumud dan menggerakkan kembali tradisi ijtihad di kalangan umat Islam.

2. Persatuan di kalangan umat Islam mulai terpecah belah. Umat Islam tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak ada persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ukhuwah Islamiyah. Karena itu maka lahirlah suatu gerakan pembaharuan yang berupaya memberikan inspirasi kepada seluruh umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme Barat.

3. Hasil adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan Barat. Terutama pasca terjadinya peperangan antara kerajaan Utsmani dengan kerajaan Eropa, di mana pada masa-masa sebelumnya kerajaan Utsmani selalu menang dalam peperangan namun saat itu mengalami kekalahan. Hal ini membuat tokoh-tokoh kerajaan Utsmani berupaya menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa. Ternyata rahasianya adalah “sistem militer modern” yang dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan dalam dunia Islam pun salah satunya dipusatkan pada bidang militer.

4. Meski demikian, pembahuran dalam Islam berbeda dengan renaissance dalam dunia Barat. Jika renaissance Barat muncul dengan cara “menyingkirkan” peran agama dari kehidupan masyarakat, maka pembaharuan Islam sebaliknya, yakni untuk tujuan memperkuat prinsip dan ajaran Islam itu sendiri demi kemashlahatan dunia secara lebih luas. Pada saat dunia Islam mengalami kemunduran, bangsa Barat justru mengalami kemajuan dan berhasil melakukan ekspansi wilayah perdagangan baru.

Meski jalur strategis perdagangan yang selama itu menjadi jalur internasional telah dikuasai oleh umat Islam sehingga bangsa Barat sulit melakukan transaksi-transaksi perdagangan melalui jalur tersebut, namun dengan didukung oleh kesuksesan Christoper Columbus (1492M) yang berhasil menemukan benua Amerika, juga Vasco da Gama yang berhasil menemukan jalur ke Timur melalui Tanjung Harapan pada tahun 1498M,telah menjadikan Benua Amerika dan kepulauan Hindia jatuh ke tangan bangsa Eropa (Barat). Akibat dibukanya dua jalur perdagangan baru tersebut, maka Barat tidak lagi tergantung pada jalur lama yang telah dikuasai umat Islam. Adanya jalur perdagangan yang semakin luas itu maka dengan sendirinya akses perdagangan Barat semakin luas pula, dan tentunya semakin meningkatkan nilai ekspor dan perekonomian bangsa Barat melampaui dunia Islam.
Kemajuan bangsa Barat yang diraih secara berturut-turut pasca perang salib, didorong oleh adanya gerakan perluasan perdagangan, dan dipercepat dengan adanya gerakan penggalian ilmu pengetahuan atau revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei, serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan didirikannya lembaga-lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science.
Menyusul kemudian aplikasi dari teori-teori baru dan hasil-hasil penelitian tersebut dalam bentuk mesin-mesin pendukung industri, hingga muncullah gerakan Revolusi Industri di Barat (1750-1850M). Revolusi Industri menimbulkan terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.
Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya (Inggris) lalu menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia hingga saat ini. Dalam melakukan ekspansi perdagangan itu, bangsa Barat ternyata bukan hanya memiliki motif ekonomi tapi juga motif kekuasaan dan menyebarkan agama (Kristen). Tiga misi ini dikenal dengan istilah gold, glory dan gospel (3-G) yang diterapkan dalam menaklukkan negara-negara Islam di dunia. (*)

Minggu, 22 Januari 2017

Gelisah


Hasil gambar untuk Gelisah

SESUAI dengan makna dasarnya, qalb (hati) adalah sesuatu yang bolak-balik. Ia tidak berpendirian tetap, tetapi selalu berubah-ubah. Pagi dalam keadaan taat, sore kembali berbuat maksiat. Kemarin sudah bertaubat, hari ini kembali berdosa.

Dan, akhirnya bukanlah hal yang aneh, jika kemudian hati menjadi gelisah. Tanda kegelisahan hati adalah hidup yang terasa hambar. Segala sesuatu dijalani dengan hampa. Makan tidak enak, tidur pun tidak nyenyak. Oleh karena itu, saatnya kita kenali, mengapa hati selalu gelisah.

Pertama, karena banyaknya dosa. Disadari atau tidak, ketika seorang mukmin berbuat dosa, maka akan diliputi oleh rasa bersalah. Dengan demikian, hati pun menjadi gelisah. Hidupnya dalam keterasingan. Ibnu Qayyim berkata, ''Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa.''

Kedua, kurang bersyukur. Padahal, Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk semua yang ada di langit dan yang ada di bumi, dengan penuh kasih sayang dan hanya untuk manusia. ''Dan tidak ada binatang melata pun yang hidup di muka bumi ini melainkan Allah yang memberinya rezeki ...'' (QS Hud [11]: 6).

Ketiga, banyak menuntut. Bisa dipastikan hati akan selalu gelisah jika seseorang berpikir harus memiliki segala sesuatu, sementara ia tidak mempunyai kemampuan dan daya tunjang yang memadai untuk meraihnya.

Keempat, cinta dunia. Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya yang mencintai dunia secara berlebihan. ''Yang paling aku takutkan dari umat sepeninggalanku adalah jika kesenangan dunia dan hiasannya dibuka untuk kalian.'' (Muttafaq 'Alaih).

Kelima, terlalu berharap pada manusia. Seseorang yang bergantung pada selain Allah, hanya akan kecewa.

Keenam, berbuat zalim. Menzalimi orang, itu artinya meninggalkan perasaan tidak enak. Karena itu, segeralah meminta maaf. Karena, meminta maaf dekat dengan ketakwaan yang pada akhirnya menimbulkan ketenangan. (QS Al-Baqarah [2]: 237).

Ketujuh, lemah iman. Seseorang yang lemah iman akan mudah mengeluh dan menyalahkan keadaan. Bahkan, orang yang lemah iman tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah. Padahal, hidup dan mati, rezeki dan jodoh manusia, semua sudah diatur dan ada dalam kekuasaan Allah SWT.

Kedelapan, tidak sungguh-sungguh menaati syariat Allah, malas beribadah, dan enggan bertaubat kepada-Nya. Itu tampak pada banyaknya tindakan maksiat yang dikerjakan setiap harinya. (*)

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/17/ojvtry313-mengapa-hati-selalu-gelisah

Sabtu, 21 Januari 2017

Tepat dan Hemat Bekal untuk Hidup


Hasil gambar untuk shalat tepat waktuSETIAP kita memulai aktivitas, apa sih yang harus disiapkan. Apalagi bila bepergian jauh. Ada untaian Firman Allah, yang mengingatkan kita semua, yah kita.  "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujurat: 13).

Wujud orang yang tertakwa apabila mengerjakan shalat tepat pada waktunya. Dari Abdullah Bin Ma'sud ra, dia bertanya kepada Rasulullah SAW, "Amal apakah yang sangat dicintai oleh Allah?". Beliau bersabda, "Yaitu shalat pada waktunya (HR Bukhari & Muslim). Hadis dan Alquran tadi memberikan gambaran kepada kita bahwa ciri orang bertakwa apabila mengerjakan shalat.

Sementara itu, ada beberapa nilai-nilai kehidupan dalam shalat. Pertama, belajar hemat sumber daya air. Gunakan air dengan bijak. Hindarkan perilaku boros pada saat menggunakan air. Takaran air untuk berwudhu berkisar satu liter sampai dengan dua liter (1 mud- 2 mud). Gunakanlah air dengan tidak melebihi ketentuan. Keran air wudhu ditutup setelah selesai berwudhu. Hindarkan perilaku berlebihan dalam bersuci.

Perilaku hemat ini berkaitan dengan perilaku serakah. Terbiasa hemat dalam sumber daya air maka terbiasa pula menghemat uang. Air saat ini harus digunakan secara bijak untuk menghindari kekeringan. Terlebih saat ini air hujan tidak mudah tersimpan dalam tanah. Luasan pohon semakin minim. Air dan pohon sangat berkaitan. Pohon ada maka air juga ada. Selain itu, dengan perilaku hemat maka telah menyimpan air sebagai cadangan saat musim kering.

Kedua, belajar sanitasi dan kebersihan. Kebersihan berkaitan dengan media yang digunakan. Gunakan air yang bersih dan bebas dari kuman. Jaga air agar tidak tercemar dimasuki oleh zat kimia berbahaya. Air yang demikian termasuk air yang tidak baik untuk bersuci, sebab air harus bersih sehingga ibadah sempurna.

Ketiga, shalat termasuk menjembatani rezeki seseorang. Terutama shalat yang dilakukan secara bersamaan. Kesalehan seseorang juga dilihat dari pergaulan dengan orang lain. Bertemu di masjid termasuk bertemu dengan orang yang bertakwa. Jika berteman dengan orang yang bertakwa maka sekaligus menumbuhkan kedekatan secara emosional. Temannya semakin banyak dan jaringannya makin luas.

Sahabat-sahabatnya akhirnya mengenal dirinya dan mengetahui keahlian apa yang dia miliki. Secara bersamaan ladang rezeki tumbuh dari jaringan tadi. Tentu berbeda dengan orang yang jarang shalat berjamaah. Dia tidak akan bertemu dengan orang saleh. Orang lain tidak mengenal dirinya. Keempat, shalat termasuk penangkal sakit.

Gerakan dalam shalat bermanfaat untuk menggerakkan kaki, tangan, dan kepala. Aliran darah menjadi lancar sehingga orang yang rajin shalat pasti lebih sehat. Kalau mau terhindar dari stroke, kerjakanlah shalat dengan baik dan rajin. Sekaligus doa untuk akhirat dikabulkan Allah. (*)

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/01/18/ojys58313-shalat-dan-nilai-kehidupan

Jumat, 20 Januari 2017

Cita-Cita dan Cinta

Hasil gambar untuk cita-cita
net: ilustrasi meriah cita-cita

SEORANG bijak berkata, “Jangan Hanya Sibuk Menghitung Hari, Tapi Buatlah Hari-Hari Itu Menjadi Bermakna.” (Muhammad Ali). Yah, saya ingin makna dalam tiap menit ini jadi modal untuk mengejar cita-cita.
Dulu saya memiliki cita-cita. Sayang, karena asyik membuang waktu, rasa sesal kini seakan menjadi tumor akut yang sulit disembuhkan. Namun, nasi sudah jadi bubur, saya ingin mengubah bubur itu menjadi lezat dan manfaat bagi banyak orang.
Setiap orang yang berpikiran ke depan pasti memiliki cita-cita. Entah itu tinggi, sedang, atau sederhana. Semua orang berhak untuk bercita-cita dan untuk memperjuangkannya sampai cita-cita itu bisa diraih.
Bahkan ada pepatah yang mengatakan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit!” Ini maksudnya agar hidup kita mempunyai tujuan dan ada sesuatu yang akan kita perjuangkan untuk kita raih.
Dibandingkan orang yang tidak memiliki cita-cita—yang biasanya hidup asal hidup, tanpa memiliki tujuan yang pasti—orang yang bercita-cita akan lebih optimistis dalam kesehariannya, punya tujuan hidup dan melangkah pasti menjadi manusia pembelajar.
Namun, jangan sampai kita disebut sedang meraih cita-cita dengan banyak tidur di kelas atau di rumah, alasanya sedang menggapai mimpi. Yang pasti, dan saya rasakan, cita-cita sederhana bisa jadi penuh makna jika kita benar-benar memimpikannya.
Cita-cita ini harus ditanam sejak di bangku sekolah. Karena itu adalah anak tangga yang harus dipijak dan dilalui untuk mencapai puncak cita-cita dan harapan. Nah, masalahnya, di bangku sekolah atau anak sekolah saat ini, musuhnya satu, eh dua, eh banyak deh.
Mulai dari bolos, urakan seenaknya, tawuran, nongkrong, gaya-gayaan meski modal cekak, dan pacaran. Lalu timbul pikiran, bisa nggak, cita-cita dan segudang masalah anak sekolah berjalan beriringan. Jawabannya, yah tunggu aja anda saat usia dewasa untuk pembuktiannya.
Sedikit melow, kalau cita-cita dan cinta bisa bergandengan bersama? Saya yang sudah pengalaman sih, akan menjawab tidak. Saya pernah jatuh bangun mengejar "anak tangga" ulangan sekolah. Alasannya sederhana, karena telat bangun lantaran semalaman ngabisin pula gratisan sama si dia.
Lalu, jadi rajin sekolah, tapi ortu aneh nilainya selalu jelek. Em di kelas ternyata lebih asik ngobrol sama si dia. Dan ajaran guru, bisa nanya temen. Eh parahnya pekerjaan temen juga sama, pacaran, males-malesan.
Ada yang berpikir, bila cinta di balik seragam putih abu-abu alias anak sekolah hanya mengkhianati kepercayaan dan cinta ortu. Berapa kali harus ngakalin ortu agar bisa jalan ma pacar. Berapa kali berbohong beli buku untuk bisa traktir pacar, padahal buku sekolah udah banyak gretongan.
Hayo mau apa sih? Masa sekolah hanya sekali seumur hidup, bila salah melangkah menyesal. Kan pacaran pun bagian dari masa sekolah, kalau gak ngalamin nyesel? Wah, pikirian barat tuh, kita ini di beragama Islam. Tak boleh ada penyesalan dalam berbuat jelek, yah jelek.
Tapi kan di samping cita-cita, kita juga ternyata membutuhkan cinta? Bener, tapi bukan dari pacar. Kalau kamu gagal, usia masih belasan tahun, pacar mu paling tinggal mutusin kamu. Dan itu nyesek sekali rasanya. Cinta yang bener kita bisa dapat hanya dari
orangtua, saudara, sahabat, lingkungan sekitar.
Apa yang kita harapkan dari cara pacaran anak sekarang. Katanya sih kita selalu membutuhkan cinta sebagaimana kata pujangga, “Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga…” Ini hanya sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa sesungguhnya secara fitrah kita membutuhkan perhatian, kasih sayang dan cinta dari orang lain.
Yah betul, tapi atas alasan apa cinta pada lawan jenis yang gak jelas bisa jadi kebaikan? Yang ada deposit dosa maksiat kita makin bertambah, nambah, dan nambah. Dan ingat kita bakal menghadap Sang Pencipta bisa kapanpun dan dimanapun. Jadi pertanyaannya, maukah kita saat dijemput Malaikat Maut sedang BERPACARAN?
Orangtua sangat bahagian dan ihklas bila Malaikat Maut datang saat kita mengejar cita-cita bukan yang lain. Em jadi ngeri kan? Tapi itu lah hidup, kita semua diutus ke bumi untuk menuntut ilmu, bukan menuntut JODOH. Cukuplah Allah yang nanti mendatangkan JODOH yang baik menurutNya. (*)